Table of contents:
Tahukah Anda apa itu Isim Tafdhil dan contohnya? Selama ini, banyak yang mengira bahwa kalimah yang mengikuti wazan af’alu merupakan kalimah fiil. Padahal, kalimah tersebut berupa isim, tepatnya isim tafdhil. Ini karena kalimah yang dimaksud telah memenuhi beberapa syarat isim tafdhil. Lantas, apa saja syaratnya?
Sebenarnya, ada sekitar 7 syarat pembentukan isim tafdhil. Namun sebelum itu, ada baiknya kita mengulas dan memahami terlebih dahulu pengertian isim tafdhil. Berikut penjelasannya:
Pengertian Isim Tafdhil dan Contohnya
Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, bahwa isim tafdhil mengikuti wazan af’alu. Ini sesuai dengan penjelasan dalam kitab At-tarjamatul Wustho Li Alfiyah Ibni Malik. Menurut KH. Misbah Mustofa dalam kitab tersebut, isim tafdhil merupakan kalimah yang mengikuti wazan fiil (af’alu) dan menunjukkan makna lebih (memiliki kelebihan).
Isim tafdhil memang mengikuti salah satu wazan fiil. Namun, kalimah tersebut tidak tergolong kalimah fiil, melainkan isim. Jadi, isim tafdhil merupakan kalimah isim yang memiliki arti ‘lebih dari’. Sebagai contoh, lafadz ‘alima bermakna ‘mengetahui’. Namun, ketika diubah menjadi isim tafdhil berupa ‘a’lamu’ akan berubah arti, yaitu ‘lebih mengetahui’.
Contoh lain:
- Ashghoru (اَصْغَرُ) : lebih kecil
- Akbaru (اَكْبَرُ) : lebih besar
- Afdholu (اَفْضَلُ) : lebih utama
Syarat Isim Tafdhil dan Contohnya
Sebuah kalimah tidak bisa langsung disebut sebagai isim tafdhil tanpa alasan atau syarat tertentu. Artinya, kalimah tersebut harus memenuhi syarat pembentukannya. Ada 7 syarat yang merubah sebuah kalimah menjadi isim tafdhil. Di antaranya adalah:
- Fiil tsulasi
- Mutashorif
- Bermakna lebih
- Fiil tam
- Bukan bina’ majhul
- Bukan berupa isim sifat
- Tidak dinafikan
Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing syarat isim tafdhil dan contohnya:
Fiil Tsulasi
Syarat pertama adalah isim harus terdiri dari 3 huruf, tepatnya berupa fiil tsulasi. Jika tidak berupa fiil tsulasi, maka kalimah tersebut tidak bisa dan tidak boleh menjadi isim tafdhil. Contoh:
علم merupakan fiil tsulasi, maka isim tafdhilnya adalah أعلم .
Contoh lain: أكرم berasal dari fiil tsulasi كرم , dan sebagainya.
Mutashorif
Maksud dari mutashorif adalah kalimah yang dapat ditashrif. Jadi, isim tafdhil harus berupa atau berasal dari fiil yang dapat ditashrif. Contoh lafadz علم bisa ditashrif menjadi:
علم , يعلم , إعلم , dan seterusnya.
Bermakna lebih
Tidak semua fiil tsulasi atau wazan af’alu memiliki arti ‘lebih’. Maka, tidak semua fiil tsulasi bisa disebut isim tafdhil, kecuali bisa kemasukan makna ‘lebih’. Seperti halnya lafadz علم yang bermakna ‘mengetahui’ akan berubah makna menjadi ‘lebih mengetahui’ saat berubah kedudukan sebagai isim tafdhil.
Sementara, ada juga fiil tsulasi yang tidak bisa berubah makna ‘lebih’ meskipun menjadi isim tafdhil, seperti lafadz مَاتَ. مَاتَ bermakna meninggal/mati. Lafadz tersebut tidak dapat diubah maknya menjadi ‘lebih mati’ karena memang kematian itu mutlak, tidak dapat dikurangi atau dilebihkan.
Fiil tam
Isim tafdhil harus berupa fiil tam, yakni masih membutuhkan fail dan maf’ul. Sementara, fiil naqish seperti وأخواتها كان tidak termasuk isim tafdhil, karena masuk sebagai mubtada khobar.
Bukan bina’ majhul
Ada dua bina’ dalam kalimah fiil, yaitu maklum dan majhul. Bina’ maklum mengikuti wazan fiil, serangkan bina’ majhul tidak. Ini karena bina’ majhul tidak menampakkan pelakunya (fail). Umumnya, huruf awal dibaca dhommah dan huruf akhir dinaca kasroh, seperti ضُرِبَ . Jadi, lafadz tersebut tidak memenuhi syarat isim tafdhil.
Bukan berupa isim sifat
Sebagaimana form atau rumus umum, isim tafdhil harus sesuai dengan wazan af’alu. Namun, isi tersebut tidak boleh berupa isim sifat. Memang, ada beberapa isim sifat yang juga mengikuti wazan af’alu. Contohnya adalah أسود , أحمر , dan lainnya. Jadi, meskipun sesuai dengan wazan af’alu, kalimah tersebut bukanlah isim tafdhil, melainkan isim sifat.
Tidak dinafikan
Isim tafdhil bukanlah isim yang dinafikan. Meskipun suatu kalimah termasuk fiil tsulasi, ia tidak bisa menjdi isim tafdhil ketika dinafikan. Contoh, lafadz ضرب dalam kalimat زيدا ضربت ما adalah fiil tsulasi. Namun, lafadz tersebut dinafikan oleh huruf ما. Maka, ضرب tidak dapat dikatakan sebagai isim tafdhil.
Itulah penjelasan tentang isim tafdhil dan contohnya. Selamat belajar dan semoga bermanfaat!