Daftar Isi:
Apapun ilmunya, pembelajar pasti harus melalui beberapa tahapan atau proses. Ini juga berlaku saat kita hendak belajar ilmu Nahwu. Sebagaimana yang kita pahami, belajar nahwu butuh waktu dan pemahaman mendalam. Ini karena ilmu di dalamnya cukup kompleks dan bercabang. Sehingga, kita tidak cukup menghafal, tetapi juga harus mengikuti tahap mempelajari ilmu nahwu lainnya. Apa saja? Berikut penjelasannya:
Tahap Menghafal Ilmu Nahwu
Dalam bahasa arab, kita menyebut kata menghafal dengan istilah الحفظ, yang mana menjadi tahap awal untuk mengenal Nahwu. Hampir di setiap pesantren, santri harus menghafal materi Nahwu untuk benar-benar dapat menguasainya kelak. Misalnya, hafalan Jurumiyah, Imrithi, hingga Alfiyah. Dengan cara ini, santri akan mudah mengaplikasikannya saat memahami kitab, Al-Qur’an, atau teks bahasa arab terkait.
Pada tahap menghafal, biasanya, santri belum memahami betul bagaimana fungsi atau penggunaan materi Nahwu tersebut. Tentu saja ini sangat lumrah. Kenapa? Karena dalam tahap ini, tujuan utamanya adalah menguasai materi di luar kepala. Sementara, memahami ilmu Nahwu juga memerlukan proses yang panjang.
Tahap Memahami Ilmu Nahwu
Setelah menghafal, proses selanjutnya adalah الفهم atau memahami. Pada dasarnya, tahapan ini juga berjalan bersamaan dengan proses menghafal. Hanya saja, proses memahami lebih lama dan butuh diulang-ulang. Dalam hal ini, ada dua strategi untuk memahami dan menguasai materi Nahwu. Dua strategi tersebut yaitu:
Mengajarkan kembali
Mengajarkan kembali sama halnya dengan menghafal dan memahami kembali. Bedanya, kita tidak melakukan sendiri, melainkan dengan partner. Sebagai contoh, ada santri baru, kita bisa mengajari sesuai apa yang telah kita hafal dan pahami. Dengan begitu, hafalan dan pemahaman kita akan semakin kuat.
Mempraktikkan ilmu
Hafalan serta pemahaman akan luntur jika kita tidak mempraktikkannya. Itulah sebabnya, setelah menghafal dan memahami, ada baiknya kita mencoba mengaplikasikan apa yang telah kita pelajari. Contoh, kita menerapkan pemahaman ilmu Nahwu saat membaca kitab gundul.
Jika merasa kesulitan untuk melakukannya sendiri, kita bisa meminta bantuan pembimbing. Biasanya, pembimbing atau ustadz juga menerapkan hal ini. Ketika mengajar kitab gundul, ustadz atau ustadzah akan menyinggung ilmu Nahwu. Misalnya, meminta santri untuk mengidentifikasi kalimah isim, fi’il, dan sebagainya.
Selanjutnya, ustadz/ustadzah akan meluruskan jawaban santri yang kurang tepat. Tentu saja, itu juga akan berlanjut dengan mengulang materi Nahwu yang sudah dipelajari bersama sebelumnya. Ketika tahap mempelajari ilmu Nahwu ini dilakukan berulang-ulang, santri jauh lebih bisa memahami dan mempraktikkan ilmu Nahwu.
Tahap Menerapkan Ilmu Nahwu
Yang terakhir adalah التطبيق atau tahap menerapkan. Tahapan ini sudah tertera singkat di poin sebelumnya, yang mana santri mengaplikasikan apa yang telah dihafal dan dipelajari. Sebagai santri, kita harus benar-benar mengupayakan untuk menerapkan ilmu Nahwu dalam pembelajaran lain, seperti kitab kuning dan lainnya.
التطبيق merupakan proses yang cukup serius. Ini dapat menjadi tolak ukur seberapa besar pemahaman Nahwu para santri, apakah sekadar hafal atau telah menguasainya. Biasanya, pembimbing akan menuntun secara perlahan dan dalam rentang waktu yang cukup berulang. Mereka akan meminta menganalisis bacaan dalam kitab, baik dari segi Nahwu maupun Shorof.
Sebagai contoh, pembimbing bertanya kepada santri terkait i’rob suatu kalimah, tanda, kedudukan, dan alasannya. Tentu saja, santri akan memutar otak untuk mengingat-ingat semua yang telah dipejarinya. Selanjutnya, santri akan menjelaskan sementara pembimbing menyimak dan meluruskan.
Jadi, belajar Nahwu tidak cukup dengan cara menghafalkan nadhom. Sekalipun kita sudah hafal ribuan nadhom, semua itu akan hilang dan sia-sia jika kita tidak paham dan mengamalkannya. Maka, ada baiknya kita mengikuti 3 tahap mempelajari ilmu Nahwu sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.