Table of contents:
Kita pasti sudah sangat familiar dengan Man dalam bahasa arab (مَنْ). Saat membaca Al-Qur’an, kitab kuning, dan teks bahasa arab tertentu, kita sering menemui lafadz Man. Lalu, apa makna lafadz tersebut?
Selama ini, kita lebih sering mengartikan bahwa Man adalah ‘siapa’. Padahal sebenarnya, Man memiliki banyak arti tergantung jenis atau pembagiannya. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari jenis Man dalam ilmu Nahwu? Di bawah ini adalah penjelasan lengkapnya:
Jenis Man dalam Bahasa Arab
Man terbagi menjadi 5 macam. Ini sesuai dengan apa yang tertera dalam al-Mu’jam al-Mufassol Fi al-I’rab. 5 jenis Man tersebut antara lain:
- Man istifhamiyyah (مَنْ إِسْتِفْهَامِيَّة)
- Man syartiyyah (مَنْ شَرْطِيَّة)
- Man naqiroh mausufah مَوْصُوْفَة) (مَنْ نَكِرَة
- Man mausuliyah (مَنْ مَوْصُوْلِيَّة)
- Man zaidah (مَنْ زَائِدَة)
Tentunya, ke lima jenis man (مَنْ) di atas memiliki fungsi dan penempatan tersendiri. Berikut penjabarannya:
Fungsi dan Penempatan Man dalam Bahasa Arab
Man Istifhamiyyah (مَنْ إِسْتِفْهَامِيَّة) dalam Bahasa Arab
Man istifhamiyah merupakan lafadz مَنْ yang mempunyai arti ‘pertanyaan’ dan ditujukan pada sesuatu yang berakal. Dalam hal ini, lafadz مَنْ masuk dalam kalimah isim. Umumnya, ia terletak di awal kalimat. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa dalam kata tanya, ‘Man’ artinya ‘siapa’.
Perhatikan contoh berikut:
مَنْ أُسْتَاذُكَ ؟
مَنْ berada di awal kalimat, tepatnya sebelum kalimah isim أُسْتَاذُكَ, yang menunjukkan sesuatu (manusia) yang berakal. Arti dari kalimat tersebut adalah ‘siapa ustadzmu’.
Man Syartiyyah (مَنْ شَرْطِيَّة) dalam Bahasa Arab
Man dalam Bahasa Arab selanjutnya adalah Man Syartiyyah (مَنْ شَرْطِيَّة). Lafadz مَنْ dalam Man Syartiyyah adalah barang siapa yang menunjukkan makna syarat. Biasanya, ia terletak di awal jumlah.
Selain itu, lafadz مَنْ tidak sempurna makna ‘syaratnya’ jika tidak mendapatkan tambahan fiil dan jawab syarat. Jadi, Man Syartiyyah selalu membutuhkan pelengkap berupa fiil serta jawab syarat.
Contoh:
مَنْ يَجْتَهِدْ يَفُزْ
Kita sudah tidak asing lagi dengan penggalan kalimat mutiara di atas. Dalam ungkapan tersebut, arti مَنْ adalah barang siapa. مَنْ berada di awal kalimah/jumlah yang mana jumlah tersebut berupa syarat baik fiil maupun jawab. Adapun yang merupakan fiil syarat yakni يَجْتَهِد dan يَفُزْ merupakan jawab syarat.
مَنْ tersebut merupakan amil jazm yang menjazmkan fiil mudhori’, yaitu يَجْتَهِدْ dan يَفُزْ . Fiil mudhari’ yang pertama merupakan syarat sedangkan fiil mudhari’ yang kedua merupakan jawab syarat.
Man Naqiroh Mausufah (مَنْ نَكِرَة مَوْصُوْفَة) dalam Bahasa Arab
Sebagaimana namanya, Man Nakiroh menunjukkan makna umum. مَنْ dalam Man Nakiroh mendapatkan makna sifat dari kata selanjutnya. Man Nakiroh memang sangat jarang dipakai. Terkadang, kita hanya menemuinya di syait-syair tertentu, seperti:
رُبَّ مَنَ أَنْضَيْتُ غَيْظًا قَلْبَكَ # قَدْ تَمَنِّي لِيَ مَوْتًا لَمْ يُطَع
Man Mausuliyah (مَنْ مَوْصُوْلِيَّة)
Ada juga Man Mausuliyah (مَوْصُوْلِيَّة مَنْ), yaitu lafadz مَنْ yang menjadi kata hubung antar kalimah. Sebagai Man Musuliyah (مَنْ مَوْصُوْلِيَّة), kata مَنْ berada di tengah kalimat dengan syarat lafadz setelah مَنْ adalah silatul mausul (berupa jumlah).
Sebagaimana ketentuan yang berlaku, jumlah tersebut harus mengandung ‘aid (berupa dhomir) yang merujuk pada مَنْ (isim mausul). Lantas, apa makna dari مَنْ dalam Man Masuliyah? Artinya adalah orang atau seseorang. Contoh:
رَأَيْتُ مَنْ يَكْتُبُ الرِّسَالَة
رَأَيْتُ : aku melihat
مَنْ : orang/seseorang
يَكْتُبُ : sedang menulis
الرِّسَالَة : surat
Kata مَنْ berada di tengah kalimat sehingga termasuk Man Musuliyyah. Selain itu, kalimat setelah مَنْ berupa shilatul mausul (jumlah), yaitu الرِّسَالَة يَكْتُبُ. Sementara, yang menjadi ‘aid yakni dhomir ya’ dalam lafadz يَكْتُبُ , yaitu dhomir mustatir jawaz.
Man Zaidah (مَنْ زَائِدَة)
Yang terakhir adalah Man Zaidah (مَنْ زَائِدَة). Man Zaidah merupakan tambahan atau pelengkap dalam sebuah kalimat. Contoh:
كفى بك جاها عمّن غيرك
Itulah penjelasan mengenai Man dalam Bahasa Arab. Semoga bermanfaat!