Setiap tata bahasa dalam Bahasa Arab memiliki syarat tersendiri, begitu juga dengan syarat isim tasniyah. Seperti yang kita pahami, isim ada yang mufrad, tasniyah, dan jamak. Lalu, apa itu isim tasniyah dan bagaimana perubahannya?

Isim tasniyah atau yang biasa disebut dengan mutsanna adalah suatu kalimah isim yang menunjukkan arti dua. Maksudnya adalah menunjukkan bahwa isim atau benda yang dimaksud berjumlah dua.

Suatu isim bisa dikatan mutsanna apabila kalimah tersebut lafadznya sama, semakna, dan di’thofkan. Contoh مسلمان berasal dari lafadz ومسلم مسلم . berarti dua orang muslim, merupakan mutsanna yang ditandai dengan adanya alif tasniyah (rofa’).

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah syart isim tasniyah beserta contohnya:

Syarat Isim Tasniyah Harus Mufrad

Isim bisa menjadi tasniyah apabila sifatnya adalah mufrad (bermakna tunggal). Jika jamak, isim tersebut tidak bisa dirubah menjadi mutsanna, baik jamak taksir, jamak mudzakkar salim, ataupun jamak muannats salim.

Perhatikan contoh berikut. تَاجِرٌ bisa berubah menjadi mutsanna, yaitu تَاجِرَانِ

Syarat Isim Tasniyah Harus Mu’rab

Perubahan isim dari mufrad menjadi mutsanna tentu membutuhkan perubahan lain, yaitu harakat akhir. Itulah sebabnya, isim tersebut harus bersifat mu’rab yang dapat berubah harakat saat ada amil tertentu. Dengan kata lain, kalimah tersebut dapat menerima tanda i’rab.

Contoh. مَاهِرٌ . Lafadz tersebut ketika mutsanna menjadi مَاهِرَانِ (dibaca rofa’, tandanya adalah alif).

Syarat Isim Tasniyah Harus Nakirah

Syarat isim tasniyah selanjutnya adalah nakiroh. Apa itu isim nakiroh? Yaitu kalimah yang maknanya umum, bukan khusus seperti halnya ma’rifah. Isim ini bisa menerima al (alif dan lam). Contoh: الزَّيْدَانِ

Tidak Dirangkai (Tarkib)

Lafadz yang berupa tarkib (dirangkai) tidak bisa menjadi tasniyah. Ini berlaku untuk tarkib mazjy (tidak dapat menjadi mutsanna karena alasan yang kuat) maupun tarkib isnadiy (tidak bisa berubah mutsanna berdasarkan kesepakatan para ahli nahwu).

Bagaimana jika suatu kalimah tarkib karena susunannya berupa idhofah? Sesuai pendapat yang kuat dan shahih, mudhofnya bisa dirubah ke tasniyah. Contoh: مُحَمَّدٍ كِتَابُ -> مُحَمَّدٍ كِتَابَا

Lafadznya Sama

Lafadz yang hendak disusun menjadi tasniyah harus berupa lafadz yang sama. Contoh pada kalimah كِتَابٌ . Jika menjadi mutsanna, maka susunannya adalah كِتَابَانِ .

Makna yang Sama

Selain kesamaan kata, maknanya juga harus sama antara mufrad dan mutsanna. Jika tidak, itu tidak memenuhi syarat sebagai isim tasniyah.

Contoh. عَيْنٌ memiliki dua makna, yaitu air mata dan mata air. Maka, عَيْنٌ tidak bisa menjadi tasniyah. Contoh lain adalah kata اَسَدٌ . Kata tersebut bisa bermakna pria gagah dan juga singa. Karena makna yang berbeda, اَسَدٌ tidak bisa berubah menjadi mutsanna.

Mempunyai Dua Wujud

Tasniyah berarti dua. Maka, lafadz yang merupakan tasniyah harus berupa dua wujud. Artinya, jika kita hanya menemuinya satu di dunia ini, benda tersebut bukanlah tasniyah.

Sebagai contoh. Matahari (شَمْسٌ) hanya ada satu di alam semesta. Itulah sebabnya, شَمْسٌ bukan termasuk isim yang dapat di tasniyahkan. Hal ini juga berlaku untik benfa berwujud satu lainnya, seperti rembulan, bumi, dan sebagainya.

Hanya Lafadz Itu yang Mewakili

Maksudnya adalah bentuk perubahan dari mufrad ke tasniyah cukup jauh berbeda. Hal ini diperbolehkan karena memang lafadz tersebutlah yang mewakili dan tidak ada gantinya. Contoh pada kata سي , ketika tasniyah bukan menjadi سِيَانِ , tetapi سواء .

Itulah penjelasan tentang syarat isim tasniyah. Sebelum itu, pastikan bahwa kita memang sudah sangat memahami apa itu isim mufrad, tasniyah, dan jamak. Dengan begitu, kita bisa mengaplikasikannya dengan baik.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *