Kali ini, kita akan membahas tentang susunan naibul fa’il. Kita tentu pernah belajar kalimat aktif dan kalimat pasif, bukan? Dalam merubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif, kita harus merubah posisi objek menjadi subjek. Sementara, subjek berada di posisi objek. Bahkan, ada pula kalimat pasif yang sengaja menghilangkan subjek atau pelakunya. Artinya, hanya tersisa kata kerja dan objeknya saja. Objek tersebut merupakan pengganti pelaku.

Dalam bahasa Arab, objek semacam itu dinamakan naibul fa’il. Lantas, bagaimana pengertiannya dalam iomu Nahwu? Di bawah ini adalah penjelasan lengkap terkait naibul fa’il dan pembagiannya.

Pengertian Naibul Fa’il

Secara etimologi, naibul fa’il terdiri dari dua kata, yaitu naib dan fa’il. Naib berarti pengganti sedangkan fa’il berarti pelaku. Maka, naibul fa’il merupakan pengganti pelaku. Kitab jurumiyah menjelaskan bahwa:

نَائِبُ الْفَاعِلِ هُوَ الْإِسْمُ الْمَرْفُوْعُ اللَّذِيْ لَمْ يَذْكُرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ

Artinya, naibul fa’il merupakan isim marfu’ (beri’rob rofa’) yang mana fa’ilnya tidak disebutkan.

Pada dasarnya, naibul fa’il termasuk maf’ul bih yang juga merupakan isim manshub. Namun, karena posisinya menggantikan fa’il, maka i’robnya berubah menjadi rofa’.

Dalam hal ini, ada dua istilah terkait fa’il yang harus kita ketahui. Yang pertama, fa’il mabni ma’lum, yaitu fa’il yang jelas keberadaannya (tampak). Susunannya lengkap sebagaimana biasanya, yakni Fi’il + Fa’il + Maf’ul bih. Yang kedua, fa’il mabni majhul, fa’il yang tidak tampak. Yang menggantikan kedudukan fa’il adalah maf’ul. Sehingga, status maf’ul berubah menjadi pengganti fa’il (naibul fa’il). Susunannya adalah fi’il + naibul fa’il.

Baca Juga :  Pengertian dan Contoh Mudhaf dan mudhaf ilaih

Ketika maf’ul menjadi naibul fa’il, i’robnya berubah dari nashab menjadi rofa’. Tidak hanya itu, fi’il juga mengalami perubahan. Perhatikan contoh berikut!

ضَرَبَ زَيْدٌعَمْرًا : Zaid telah memukul Amr

Kalimah di atas sangat lengkap susunannya, yaitu terdiri atas fi’il, fa’il, dan maf’ul. Berikut rinciannya:

ضَرَبَ : fi’il madhi
زَيْدٌ : fa’il mabni ma’lum (beri’rob rofa’)
عَمْرًا : maf’ul bih (beri’rob nashob)

Dari contoh di atas, kita bisa merubah fa’il menjadi mabni majhul. Caranya, yakni dengan menghilangkan fa’il. Selanjutnya, kita geser maf’ul bih sehingga menduduki posisi fa’il. Artinya, tidak hanya tempatnya saja yang berubah, tetapi juga i’robnya mengikuti i’rob fa’il sebelumnya. Maka, naibul fa’il yang awalnya beri’rob nashob menjadi marfu’ (beri’rob rofa’). Hasilnya adalah:

ضُرِبَ عَمْرٌ : Amar telah dipukul

Dari kalimah di atas sudah jelas bahwa عَمْرًا menjadi عَمْرٌ, dari nashob menjadi rofa’. Bagaimana dengan fi’ilnya? Ternyata, fi’il juga ikut mengalami perubahan harokat, dari ضَرَبَ menjadi ضُرِبَ .

Perubahan Fi’il dalam Naibul Fa’il

Dalam susunan naibul fa’il, fi’il juga ikut berubah dari segi bentuknya. Ada ketentuan tersendiri dalam merubah fi’il setelah dibuangnya fa’il, yaitu:

فَإِنْ كَانَ الفِعْلُ مَاضِبًا, ضُمَّ اَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ أَخِرِهِ وَاِنْ كَانَ مُضَارِعًا ضُمَّ اَوَّلُهُ وَفُتِحَ مَا قَبْلَ اَخِرِهِ

Dari nadhom di atas, ada dua ketentuan perubahan, yaitu fi’il madhi dan fi’il mudhori’. Caranya adalah:

Baca Juga :  Mabni dalam Bahasa Arab, Inilah Pembagian dan Contohnya

1. Fi’il madhi

ضُمَّ اَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ أَخِرِهِ

Harakat huruf pertama adalah dhomah dan harokat huruf sebelum terakhir adalah kasroh. Contoh:

ضَرَبَ menjadi ضُرِبَ
قَتَلَ menjadi قُتِلَ

Atau, contoh lengkapnya dari fa’il mabni ma’lum menjadi mabni majhul (naibul fa’il) adalah: قَرَأَتْ فَاطِمَةُ الرِّسَالَةَ

قَرَأَتْ : fi’il madhi
فَاطِمَةُ : fa’il
الرِّسَالَةَ : maf’ul bih

Menjadi قُرِأَتْ الرِّسَالَةُ (perhatikan peribahan harokatnya)

قُرِأَتْ : fi’il madhi
الرِّسَالَةُ : naibul fa’il

2. Fi’il mudhori’

ضُمَّ اَوَّلُهُ وَفُتِحَ مَا قَبْلَ اَخِرِهِ

Harakat huruf pertama adalah dhomah dan harokat huruf sebelum terakhir adalah fathah. Contoh:

يَضْرِبُ menjadi يُضْرَبُ
يَنْصُرُ menjadi يُنْصَرُ

Macam-macam Naibul Fa’il

Naibul Fa’il terbagi menjadi dua macam, yaitu naibul fa’il isim dhohir dan naibul fa’il isim dhomir. Untuk naibul fa’il isim dhohir, pengganti fa’ilnya jelas secara makna dan harfiyah. Sementara, naibul fa’il jelas secara makna, tetapo tidak jelas secara harfiyah. Ini karena berupa isim dhomir (kata ganti). Berikut contohnya:

  1. Dia (lk) telah dipukul (ضُرِبَ)
  2. Mereka berdua telah dipukul (ضُرِبَا)
  3. Mereka (lk) telah dipukul (ضُرِبُوْا)
  4. Dia (pr) telah dipukul (ضُرِبَتْ)
  5. Mereka (pr) telah dipukul (ضُرِبْنَ)
  6. Kamu (lk) telah dipukul (ضُرِبْتَ)
  7. Kamu berdua telah dipukul (ضُرِبْتُمَا)
  8. Kalian (lk) telah dipukul (ضُرِبْتُمْ)
  9. Kamu (pr) telah dipukul (ضُرِبْتِ)
  10. Kalian (pr) telah dipukul (ضُرِبْتُنَّ)
  11. Saya telah dipukul (ضُرِبْتُ)
  12. Kami telah dipukul (ضُرِبْنَا)
Baca Juga :  Contoh Percakapan Sehari-hari Bahasa Arab-Inggris di Masjid

Itulah penjelasan terkait susunan naibul fa’il, susunan, dan pembagiannya. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam bi Shawab.

 

 

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *