Samudrapikiran.com – Dalam mempelajari tata bahasa Arab, khususnya dalam pembentukan kalimat, salah satu aspek yang penting dipahami adalah penggunaan amil nawashib.
Apa itu Amil nawashib ?
Amil nawashib adalah huruf-huruf yang membuat kalimat fi’il mudhori’ menjadi nashob atau bertanda fathah. Dalam pandangan berbagai ulama, jumlah amil nawashib ini berbeda-beda, namun ada yang sepakat bahwa terdapat empat huruf amil nawashib yang paling umum digunakan.
Menurut Imam Ibnu Malik dalam kitab alfiyah, amil nawashib terdiri dari empat huruf, yaitu an (أَنْ), lan (لَنْ), kay (كَى), dan idzan (إِذَنْ). Penggunaan amil nawashib ini memiliki aturan tersendiri yang harus diperhatikan agar kalimat dapat disampaikan dengan benar sesuai dengan makna yang diinginkan.
Penggunaan Huruf Amil Nawashib beserta contohnya:
Huruf An (أَنْ)
Huruf an memiliki makna akan. Ketika huruf an digunakan sebelum fi’il mudhori’, maka fi’il mudhori’ tersebut dibaca nashob dengan harokat fathah. Contohnya seperti dalam ayat Al-Qur’an QS. Al-Baqarah ayat 26: “إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً”
Huruf Lan (لَنْ)
Huruf lan memiliki makna tidak akan. Penggunaan huruf lan menunjukkan kalimat fi’il mudhori’ dalam konteks masa mendatang. Contohnya dapat ditemukan dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah ayat 80: “وَقَالُوا لَن تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَّعْدُودَةً”
Huruf Kay (كَى)
Huruf kay berarti supaya. Ketika huruf kay digunakan sebelum fi’il mudhori’, maka fi’il mudhori’ tersebut juga dibaca nashob dengan tanda fathah. Contohnya seperti dalam kalimat “اِعْمَلْ لِكَيْ تَحْصُلَ عَلَى المَال”.
Huruf Idzan (إِذَنْ)
Huruf idzan memiliki arti kalau begitu atau jika demikian. Penggunaannya harus mengikuti aturan tertentu, seperti penggunaan pada kalimat yang menyangkut masa depan atau ketika diawal kalimat. Contohnya dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah ayat 96: “وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ”
Contoh Penggunaan Amil Nawashib
Huruf An (أَنْ)
Huruf an (أَنْ) memiliki arti “akan” dan digunakan sebelum fi’il mudhori’ di masa depan. Contoh penggunaannya:
أَنَا أَقْرَأَ الْقُرْآنَ فِي الْمَسْجِدِ.
“Saya akan membaca Al-Qur’an di masjid.”
نَحْنُ أَنْ نُصْنَعَ الْمَدْرَسَة.
“Kami akan membuat sekolah.”
نَحْنُ أَنْ نُقَدِّمُ الْهَدَايَا.
“Kami akan memberi hadiah.”
أَنَا أَنْ أَكْتُبَ كِتَابًا.
“Saya akan menulis buku.”
نَحْنُ أَنْ نَزُوْرَ أَبَوَكَ.
“Kami akan mengunjungi ayahmu.”
Huruf Lan (لَنْ)
Huruf lan (لَنْ) memiliki arti “tidak akan” dan digunakan sebelum fi’il mudhori’ di masa depan. Sebagai contoh:
وَقَالُوْا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلاَّ أَيَّامًا مَعْدُوْدَةً.
“Dan mereka berkata, ‘Neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.'”
لَنْ يَضْرِبُوكَ.
“Mereka tidak akan memukulmu.”
نَحْنُ لَنْ نَزُوْرَ فَلَسْطِيْنَ غَدًا.
“Kami tidak akan mengunjungi Palestina besok.”
أَنَا لَنْ أَكْتُبَ قِصَّة فِي الْفَصْل.
“Saya tidak akan menulis cerita di kelas.”
نَحْنُ لَنْ نُكَذِّبَ إِلَيْكَ.
“Kami tidak akan berbohong kepadamu.”
Huruf Idzan (إِذَنْ)
Huruf Idzan (إِذَنْ) digunakan dengan arti “jika demikian” atau “kalau begitu”. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
إِذَنْ نَقُولُ صَادِقًا.
“Kalau begitu, kami akan berkata jujur.”
إِذَنْ نَرْمِيَ الْكُرَّة.
“Jika demikian, kami akan melemparkan bola.”
إِذَنْ أُحْسِنَ إِلَيْكَ.
“Kalau begitu, saya akan berbuat baik padamu.”
إِذَنْ أَكْتُبَ رِسَالَةَ لَكَ.
“Jika demikian, saya akan menulis surat untukmu.”
إِذَنْ نَزُوْرَ غَدًا.
“Kalau begitu, kami akan mengunjungi besok.”
Huruf Kay (كَى)
Huruf Kay (كَى) memiliki arti “supaya” dan digunakan untuk menyatakan tujuan atau alasan. Contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
اعْمَلْ لِكَى تَحْصُلَ عَلَى الْمَال.
“Bekerjalah supaya kamu mendapatkan uang.”
اقْرَأْ الْقُرْآنَ لِكَى تَفْهَمَ.
“Bacalah Al-Qur’an supaya kamu mengerti.”
مَارِسَ الْقُرْآنَ لِكَى تَأْخُذَ الْعِلْمَ.
“Amalkan Al-Qur’an supaya kamu memperoleh ilmu.”
احْفَظْ الْقُرْآنَ لِكَى تَصْبَحَ مُؤْمِنًا.
“Hafalkan Al-Qur’an supaya kamu menjadi mukmin.”
تَصَدَّقْ لِكَى تَصْبَحَ مُؤْمِنًا.
“Bersedekahlah supaya kamu menjadi mukmin.”
Contoh Kalimat Amil Nawashib dalam Al-Qur’an
Di dalam Al-Qur’an, terdapat banyak contoh penggunaan amil nawashib. Berikut adalah beberapa contoh:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً.
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk.” (QS. Al-Baqarah: 26)
وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ.
“Dan memutuskan apa yang diperintahkan oleh Allah untuk disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 27)
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً.
“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, ‘Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas.'” (QS. Al-Baqarah: 55)
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَن نَّصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ.
“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, ‘Wahai Musa! Sesungguhnya kami tidak tahan dengan satu jenis makanan saja.'” (QS. Al-Baqarah: 61)
قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ.
(Dia) menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-Baqarah: 67)