Table of contents:
Dalam Nahwu, terdapat empat i’rob. Salah satunya adalah i’rob rofa’. I’rob rofa’ merupakan perubahan akhir kalimah (baik taqdir maupun lafadz) karena kemasukan amil dan tanda rofa’. Syekh Syarafuddin Al-Imrithi menjelaskan dalam kitabnya ‘Imrithi’ bahwa tanda-tanda i’rob rofa’ ada empat. Di antaranya adalah dhommah, wawu, alif, dan juga nun.
Sebagaimana i’rab yang lain, tidak cukup bagi kita jika sekadar tahu apa saja tanda rofa’. Kita juga harus memahami bagaimana penerapan dan perubahan dalam kalimah marfu’. Ini karena setiap tanda tersebut tidak berada di posisi yang sama. Untuk lebih jelasnya, kita perhatikan ulasan berikut:
Tanda I’rob Rofa’ Dhammah
Tanda dhommah dalam i’rob rofa’ menempati empat tempat. Apa saja? Yaitu pada fiil mu’rob (yang mengalami perubahan pada akhir kalimah), jamak taksir, jamak muannats salim, dan juga isim mufrod (tunggal). Biasanya, harakat dhammah ini berupa tanwin (dhommah tanwin). Contoh:
- Isim Mufrod. Isim mufrod sendiri merupakan kata benda yang bermakna tunggal (satu). Artinya, isim tersebut bukan berupa jamak ataupun tatsniyah. Misalnya adalah masjidun (مَسْجِدٌ).
- Jamak taksir. Jamak taksir adalah kata benda yang menunjukkan makna jamak. Tentunya, isim tersebut mengalami perubahan bentuk dari mufrodnya. Contoh: Thullaabun (طُلاَّب) berasal dari kata tholibun (طَالِب).
- Jamak muannats salim. Isim ini memang mengalami perubahan dari mufrad ke jamak. Namun, susunannya tidan berantakan/rusak. Dari segi makna, isim ini menunjukkan makna perempuan jamak. Contoh : Almuslimaatu (المسلماتُ) berasal dari kata muslimatun (مُسْلِمَةٌ)
- Fiil mu’rob. Fiil mu’rob adalah fiil mudhori’ yang tidak bertemu dengan bun taukid ataupun nun niswah. Fiil ini bisa mengalami perubahan harakat di akhir kalimah ketika terdapat amil tertentu. Contoh : nadzhabu (نَذْهَبُ) yang merupakan fiil mudhori’. Lafadz tersebut bisa saja berubah haranat akhir menjadi fathah atau lainnya.
Tanda I’rob Rofa’ Huruf Wawu
Huruf wawu dalam rofa’ memiliki fungsi tersendiri, yaitu mengganti tanda baca atau harakat dhommah. Biasanya, wawu menempati dua tempat atau kondisi, yaitu asmaul khomsah dan jamak mudzakar salim. Perhatikan contoh berikut:
- Jamak mudzakar salim biasanya berakhiran dengan huruf wawu (وَ) dan nun (ﻥ). Contohnya adalah Al-Muflihuun (ٱلۡمُفۡلِحُونَ) yang bermakna orang-orang sukses.
- Asmaul khomsah (isim lima) biasanya dalam kondisi menyatakan kepemilikan. Misalnya, abuuka (أَبُوْكَ) yang bermakna ayahmu.
Huruf Alif
Tanda-tanda i’rob rofa’ selanjutnya adalah alif. Umumnya, alif berada dalam mutsanna atau isim tatsniyah. Isim tersebut merupakan suatu kalimah yang menunjukkan makna dua orang atau benda. Sementara, akhir kalimahnya berupa huruf alif (ا) dan huruf nun (ﻥ). Contoh:
مُسْلِمَانِ دَخَلَ
Yang merupakan kalimah marfu’ (dibaca rofa’) adalah muslimaani (مُسْلِمَانِ). Tanda bacanya terletak di akhir, yaitu alif dan nun.
Huruf Nun
Tanda yang terakhir adalah huruf nun (ﻥ). Tempat tanda rofa’ ﻥ ini hanya satu, yaitu af’alul khomsah. Apa itu af’alul khomsah? Yaitu fiil mudhori’ yang berupa jamak. Biasanya, di akhir kalimah bertemu dengan alif tatsniyah, wawu jamak, ya’ muannats mukhotobah. Poinnya adalah pelaku dari kata kerja tersebut adalah dua orang atau lebih. Perhatikan contoh berikut:
يَفْعَلُوْنَ
Kalimah tersebut adalah fiil mudhori’ dan marfu’. Tanda rofa’nya adalah wawu dan nun.
Itulah penjelasan tentang tanda-tanda i’rob rofa’ beserta penempatan dan juga contohnya. Selanjutnya, kita bisa mempraktikkan dalam Al-Qur’an untuk menganalisis lafadz yang menjadi marfu’. Bagaimana? Apa sudah siap?