Daftar Isi:
Sebelumnya, kita telah membahas tentang i’rob nashob. Pada artikel kali ini, kita akan mengupas tuntas tentang tanda-tanda i’rob jar. Dalam kitab imrithi disebutkan bahwa di antara tanda jar adalah kasroh, ya’, dan fathah.
Seperti i’rob rofa’ dan nashob, setiap tanda jar pasti memasuki posisi tertentu. Artinya, tidak semua bentuk kalimah bisa menerima tanda jar. Lantas, bagaimana penempatan dan penerapannya? Berikut penjelasannya:
Tanda I’rob Jar Harakat Kasroh
Kasroh menjadi ciri identik dari bacaan jar. Dalam artian, kasroh adalah tanda utamanya. Ketika ada suatu kalimah (isim) yang berharakat kasrah, maka kalimah tersebut merupakan majrur (kalimah yang dibaca jar). Namun, itu tidak berlaku dalam jamak muannats salim yang mana menjadi manshub saat berharakat kasroh.
Kasroh dalam bacaan jar bertempat pada 3 tempat. Di antaranya adalah:
Isim Mufrad
Isim mufrad yaitu kata benda tunggal. Contoh: adzhabu ilal madrosati (المَدْرَسَةِ إِلَى أَذْهَبُ). Perhatikan kalimah yang berharokat kasroh (المَدْرَسَةِ). Kalimah tersebut adalah isim mufrad. Ia menjadi majrur karena ada harakat kasrah di akhir. Selain itu, didepannya jiga terdapat hurif jar, yaitu ila (إِلَى).
Jamak Taksir
Kebalikan dari mufrad, jamak taksir memiliki arti banyak (kata benda lebih dari 2). Contoh:
العُلَمَاءُ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ
Yang termasuk majrur adalah lafadz الأَنْبِيَاءِ . الأَنْبِيَاءِ merupakan mudhof ilaih yang artinya harus dibaca jar. Maka, lafadz tersebut berakhiran dengan harakat kasrah.
Jamak Muannats Salim
Jamak muannats salim yaitu kata benda jamak khusus perempuan (maknanya). Misalnya, lafadz المُسْلِمَاتِ. Perhatikan contohnya:
المُسْلِمَاتِ عَلَى فَرِيْضَةٌ العِلْمِ طَلَبُ
Muslimaati (المُسْلِمَاتِ) merupakan jamak taksir yang diawali denhan huruf jar (عَلَى). Sehingga, ia harus berakhiran harakat kasrah dan menjadi majrur.
Tanda I’rob Jar Huruf Ya’
Tanda-tanda i’rob jar selanjutnya adalah huruf ya’. Ya’ dalam kalimah majrur menempati 3 tempat, yaitu:
Asmaul Khomsah
Asmaul khomsah yang menjadi majrur merupakan idhofah dari isim lima dan dhomir kepemilikan. Sementara, di tengah idhafah tersebutbadalah huruf ya’ yang menjadi tanda jar. Contoh: أَبِيْكَ berasal dari gabungan َبٌّ+يْ+ك .
Isim Tatsniyah
Kalimah ini menunjukkan makna dua (benda). Umumnya, isim ini mendapatkan tambahan huruf alif (ِا) dan nun (ن) ketika rofa, huruf ya’ (يْ) dan nun (ن) ketika nashob. Lalu, bagaimana dengan majrur? Ketika jar, isim ini mendapatkan tambahan sebagaimana nashob, yaitu ya’ dan nun. Contoh: كِتَابَيْنِ
Perhatikan lagi contoh selanjutnya, yaitu مُسْلِمَيْنِ إِلَى نَظَرْتُ .
مُسْلِمَيْنِ adalah majrur karena berharakat kasrah, merupakan isim tatsniyah dengan tanda jar ya’, dan diawali dengab lafadz إِلَى (huruf jar).
Jamak Mudzakkar Salim
Sebagaimana yang kita pahami bahwa jamak mudzakkar salim menunjukkan arti jamak (banyak benda). Kalimah ini ditandai dengan adanya penambahan ya’ dan nun atau wawu dan nun di akhir lafadz. Huruf ya’ itulah yang menjadi tanda jar. Contoh:
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
Yang mendapatkan tambahan ya’ adalah lafadz العَالَمِيْنَ . Lafadz tersebut merupakan jamak mudzakkad salim.
Tanda I’rob Jar Harakat Fathah
Yang terkahir adalah harakat fathah. Majrur berharakat fathah hanya ketika menempati posisi sebagai isim ghoiru munshorif. Isim ini tidak bisa menerima tanwin. Sehingga, ketika majrur (dibaca jar), harus berharakat fathah. Contoh:
نَظَرْتُ إِلَى أَحْمَدَ
Kenapa lafadz أَحْمَدَ dibaca jar? Ini karena terdapat huruf jar (إِلَى) di depannya. Isim setelah lafadz إِلَى tersebut adalah isim ghoiru munshorif. Itulah sebabanya, lafadz أَحْمَدَ harus berakhiran dengan harakat fathah karena memang tidak menerima tanwin.
Itulah penjelasan tentang tanda-tanda i’rob jar. Semoga bermanfaar!