Samudrapikiran.com – Ilmu Ma’ani adalah cabang ilmu dalam bahasa Arab yang memungkinkan kita untuk memahami makna kata-kata dan kalimat sesuai dengan konteksnya. Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan pengertian Ilmu Ma’ani, topik bahasannya, serta tujuan penting dari mempelajarinya.
Pengertian Ilmu Ma’ani
Dalam kitab Al-Jauhar Al-Maknun dijelaskan:
عِلْمٌ بِهِ لِمُقْتَضَى الْحَالِ يُرَى * لَفْظٌ مُطَابِقًا….
Artinya:
“Yaitu ilmu yang dengan ilmu itu dapat diketahui sesuatu lafazh sesuai dengan muqtadhal halnya (situasi dan kondisi).”
Ilmu ma’ani adalah ilmu yang mempelajari kesesuaian antara konteks pembicaraan dengan situasi dan kondisi sehingga maksud dan tujuan bisa tersampaikan secara jelas dan gamblang.
Definisi lainnya, ilmu ma’ani adalah pokok-pokok dan dasar-dasar untuk mengetahui tata cara menyesuaikan kalimat kepada kontekstualnya (muqtadhal halnya) sehingga cocok dengan tujuan yang dikehendaki. Berdasarkan definisi di atas.
Dalam ilmu ma’ani terdapat dua unsur yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi audien (pendengar) dan obyek (topik pembicaraan).
Kondisi Audien (pendengar)
Pembicaraan harus disesuaikan dengan kapasitas intelektual audien. Bahasa yang digunakan ketika berbicara dengan orang yang tingkat intelektualnya tinggi, tentu berbeda dengan orang yang tingkat intelektualnya rendah. Misalnya penggunaan cara berbahasa dengan seorang mahasiswa di perguruan tinggi berbeda dengan seorang murid Sekolah Dasar atau orang yang pernah mengenyam pendidikan dengan orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan.
Kalau berbicara dengan orang terdidik kita cukup menggunakan kalimat yang singkat dan padat bukan bertele-tele. Dengan cara itu mereka sudah bisa memahami dan menangkap maksud dan tujuan sang pembicara, tetapi sebaliknya kalau kita berbicara di hadapan orang yang tidak terdidik maka dibutuhkan penggunaan kata-kata yang panjang dan bertele-tele sekalipun maksud dan tujuan yang ingin disampaikan hanya sedikit.
Selain itu, kondisi audiens ketika menanggapi suatu pembicaraan ada yang yakin, ragu, dan juga ingkar. Tentunya uslub yang digunakan ketika menyampaikan suatu informasi kepada orang yang yakin, orang yang ragu, dan orang yang ingkar akan berbeda. Biasanya tambahkan huruf taukid pada suatu kalimat apabila menyampaikan informasi kepada orang yang ragu, bahkan taukidnya lebih dari satu apabila audiensnya membantah informasi tersebut.
Obyek/Topik Pembicaraan
Obyek pembicaraan memegang peranan penting dan substansial dalam ilmu ma’ani. Obyek pembicaraan juga harus disesuaikan dengan kadar intelektual audien. Karena ada obyek pembicaraan yang bisa dijangkau oleh audien dan sebaliknya ada obyek-obyek pembicaraan yang tidak bisa terjangkau oleh akal dan kadar keilmuannya. Kemampuan menganalisa dan problem solving (memecahkan masalah) tentu tidak akan mampu dilakukan oleh anak-anak yang masih belajar di bangku sekolah tingkat dasar.
Topik Bahasan / Ruang Lingkup Ilmu Ma’ani
Ada beberapa topik inti yang menjadi pembahasan para ulama Balāghah dalam ilmu Ma’ani, yaitu:
Khabar dan Insya’
Khabar atau kalimat berita adalah ungkapan yang bisa dinilai bahwa yang menyampaikannya bohong atau tidak. Sedangkan insya’ sebaliknya.
Contoh kalam khabar:
إِنَّ أَبَاكَ لَمَرِيْضٌ
Artinya: “sesungguhnya ayahmu benar-benar sakit”.
Kalam khabari dengan dua taukid.
Contoh kalam insya’:
فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya: Maka hendaklah mengatakan yang baik atau diam”.
Kalam insya’i dengan uslub amr (perintah).
Musnad dan Musnad Ilaih
Kalimat dalam bahasa Arab terbentuk dari jumlah ismiyyah (terdiri dari mubtada’ dan khabar) dan jumlah fi’liyyah (terdiri dari fi‘il dan fa‘il). Dalam Ilmu Balagah kedua unsur pembentuk susunan kalimat tersebut dinamakan Musnad (المسند) dan Musnad Ilaih (المسند إليه).
Contoh:
مُحَمَّدٌ قَائِمٌ
قَامَ مُحَمَّدٌ
Dalam kedua kalimat di atas, kata (مُحَمَّدٌ) merupakan tempat disandarkannya perbuatan berdiri atau disebut musnad ilaih. Sedangkan kata (قَائِمٌ) dan (قَامَ) merupakan perbuatan yang disandarkan kepada Muhammad atau disebut Musnad.
Ijaz, Musawah, dan Ithnab
Ijaz adalah kalimat yang ringkas. Musawah adalah ungkapan yang setara. Sedangkan ithnab adalah kalimat yang bertele-tele.
Contoh ijaz:
اَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ (اعراف: 54)
Artinya: “…Ketahuilah milik Allah segala penciptaan dan urusan….” (QS. Al-A’rāf [7]: 54)
Kata (الخلق) yang artinya penciptaan dan kata (الأمر) yang artinya urusan mengandung makna semua atau segala hal yang berkaitan dengan penciptaan makhluk dan urusannya seperti hidup, mati, senang, bahagia, dan lain-lain itu sudah terkandung dalam makna ayat ini.
Contoh musawah:
مَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ
Artinya: ”Barang siapa yang kafir (ingkar) maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu.” (QS. Ar-Rūm: 44)
Contoh ithnab:
قَالَ رَبِّ إنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسِ شَيْبًا
Artinya: Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, (QS. Maryam: 4).
Maksud ayat di atas adalah: “Saya sudah tua”.
Qashr
Qashr adalah gaya bahasa pengkhususan.
Contoh qashr:
وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Artinya: “dan tidaklah mereka menipu kecuali kepada dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9).
Fashal dan Washal
Fashal dan washal membahas tentang menyambung atau memisahkan kalimat dengan kalimat yang lainnya menggunakan huruf athaf ‘wau”.
Contoh fashal:
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْأيتِ
Artinya: “Dia (Allah) yang mengatur urusan dan menjelaskan tanda-tanda” (Ar- Ra’d: 2)
Contoh washal:
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا
Artinya: “Dan sembahlah Allah serta janganlah kalian menyekutukan-Nya….” (An-Nisa’: 36).
Tujuan Memahami Ilmu Ma’ani
- Agar pembicaraan disesuaikan dengan keadaan audien sehingga komunikasi lebih efektif.
- Menjaga lisan dari kesalahan berbicara.
- Mengetahui kemukjizatan al-Qur’an melalui aspek kebagusan susunan dan sifatnya.
- Mengenali keindahan kalimat dan kehalusan bentuk ijaz yang diistemawakan oleh Allah dalam al-Qur’an.
- Memahami segala hal yang dikandung oleh al-Qur’an itu sendiri.
- Mengetahui rahasia balaghah dan fashahah dalam bahasa Arab, baik dalam prosa maupun puisi, untuk dapat mengikutinya dan menyusun sesuai dengan aturan.
- Membantu membedakan antara kalimat yang baik dengan yang bernilai rendah.