Daftar Isi: [Sembunyikan] [Tampilkan]

Pada dasarnya, sebelum mempelajari kalam atau jumlah mufidah, kita harus memahami dulu apa itu kalimah dalam ilmu nahwu dan pembagiannya. Kenapa? Karena dalam satu kalam pasti tersusun atas kalimah. Artinya, kalimah merupakan bagian dari jumlah mufidah/kalam.

Dalam bahasa Indonesia, kalimah sama dengan kata. Kalimah sendiri merupakan lafadz yang memiliki makna tertentu. Kalimah bisa bersifat mufrod (dapat berdiri sendiri) dan juga bisa berdiri dengan kalimah lain untuk membentuk suatu kalam/jumlah mufidah. Berdasarkan pendapat jumhur ulama’, kalimah terbagi menjadi tiga macam. Hal ini juga terdapat penjelasanannya dalam kitab matan al-jurumiyah, yakni:

قال المؤلف – رحمه الله:
وأقسامُه ثلاثة: اِسمٌ، وفعلٌ وحَرفٌ جاءَ لمَعنى

Dari penggalan matan jurumiyah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa kalimah terbagi menjadi 3 macam, yaitu kalimah isim, kalimah fi’il, dan kalimah huruf yang mempunyai makna.

Lantas, apa itu kalimah isim, fi’il, dan huruf? Mari kita bahas bersama-sama beserta contohnya!

Kalimah Isim

الاِسْمُ، وَهُوَ كَلِمَةٌ دَلَّت عَلَى مَعْنًى فِي نَفْسِهَا، وَلَمْ تُقْتَرَنْ بِزَمَنٍ وَضْعًا

Nadzam dalam kitab Al-Muyassar Fii Ilmi Nahwi tersebut menjelaskan bahwa kalimah isim merupakan kalimah yang memiliki makna sendiri dan tidak terikat atau berhubungan dengan zaman (waktu). Dalam kitab lain, An Nahwu Al Wadhih (1/16), juga menjelaskan bahwa isim merupakan kata yang menunjukkan sesuatu, seperti manusia, tumbuhan, hewan, dan benda-benda lainnya.

Dengan kata lain, kalimah isim sama dengan kata benda. Sebagai catatan, yang dimaksud dengan kata benda di sini adalah semua kata selain yang menunjukkan fi’il (kata kerja) atau huruf, baik itu nama tempat, sifat, manusia, tumbuhan, hewan, dan lain sebagainya. Contoh:

بَيْتٌ : Rumah
كِتَابٌ : Buku
أَنَا : Saya
هَذَا : Ini

Semua kalimah di atas mempunyai makna dan tidak bersinggungan dengan waktu. Misal, pada lafadz pertama, بَيْتٌ. Lafadz tersebut tetap berarti ‘rumah’ tanpa adanya penempatan atau keterikatan waktu, seperti sedang rumah, telah rumah, dan akan rumah. Ini karena kalimah isim memang tidak bisa berdiri dengan pengertian zaman (waktu).

Kalimah Fi’il

Kalimah dalam ilmu nahwu selanjutnya adalah kalimah fi’il. Apa itu? Yaitu:

الفِعْلُ هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى وَاقْتُرِنَتْ بِزَمَن, مِثْلُ: كَتَبَ – قَرَأَ – يَكْتُبُ – يَقْرَأُ – أَكْتُبُ – أَقْرَأُ

Dalam kitab Al-Muyassar tersebut menjelaskan bahwa kalimah fi’il merupakan kalimah yang mempunyai arti dan terikat dengan waktu. Dalam bahasa Indonesia, kalimah fi’il sama dengan kata kerja. Kalimah fi’il sendiri terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

  1. Fi’il madhi, yaitu kalimah fi’il yang menunjukkan waktu lampau.
  2. Fi’il mudhori’, yaitu kalimah fi’il yang menunjukkan waktu sekarang san akan datang.
  3. Fi’il amr, yaitu yaitu kalimah fi’il yang menunjukkan perintah dan berkaitan dengan waktu sekarang atau akan datang.

Contoh:

قَرَأَ : telah membaca (fi’il madhi)
يَقْرَأُ : sedang/akan membaca (fi’il mudhori’)
أَقْرَأُ : bacalah (fi’il amr)

Untuk penjelasan mengenai pembagian fi’il serta tanda-tandanya terdapat pada artikel-artikel berikutnya.

Kalimah Huruf

Apakah huruf termasuk kalimah? Jawabannya adalah ya. Sebagaimana dengan pengertian kalimah, semua kata itu mempunyai arti. Begitu pun dengan huruf, kalimah ini mempunyai arti meskipun masih ambigu. Penjelasan ini juga terdapat dalam Al-Muyassar Fii Nahwi, yang menyatakan bahwa:

Kalimah huruf merupakan kalimah yang memiliki makna, tetapi tidak sempurna jika berdiri sendiri.

Artinya, kalimah huruf tersebut harus bergandengan dengan kalimah lain, baik itu kalimah isim ataupun kalimah fi’il. Contoh:

مِنْ : dari
وَ : dan

Dari dua contoh kalimah huruf di atas, apakah keduanya bisa berdiri sendiri? Jawabannya adalah tidak. Misalnya pada lafadz yang berarti dari. Apakah sudah jelas dari mana, dari siapa, atau lainnya? Lafadz tersebut akan lengkap jika bergandengan dengan lafadz dari kalimah lain, seperti: مِنَ الْمَدْرَسَةِ

Itulah penjelasan tentang kalimah dalam ilmu nahwu. Untuk bab selanjutnya adalah tanda-tanda kalimah isim beserta pembagiannya. Semoga bermanfaat!

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *