Mandi wajib setelah haid merupakan salah satu bentuk mandi janabah untuk mensucikan diri daro hadats besar, yaitu haid. Tentu saja, ini berlaku untuk wanita yang sudah baligh dan telah mengalami haid.

Mandi wajib tidak sama dengan mandi biasa. Ada niat dan tata cara khusus yang tidak boleh diabaikan. Dalam kitab Sullamul Munajat, Imam An-Nawawi Al-Bantani menjelaskan bahwa ada dua rukun mandi junub yang harus diperhatikan, yaitu niat dan meratakan air. Berikut penjelasannya:

Rukun dan Tata Cara Mandi Wajib Setelah Haid

Imam An-Nawawi Al-Bantani menjelaskan:
و(فروض الغسل) أي أركانه للحي واجبا كان أو مندوبا (اثنان الأول: نية الطهارة للصلاة أو رفع الحدث الأكبر) فإن ترك التقييد بالأكبر كفي، وإن نوى الغسل فقط فلا (أو نحوهما) كنية الغسل للصلاة ورفع جنابة، وأن لم يعين سببها (بالقلب) كما في الوضوء (مع أول جزء يغسل من بدنه) مفروض لا مندوب كباطن فم وأنف، فلو اقترنت النية بمفروض من البدن كفي ولو من أسفل البدن ولو حالة استنجائه، لأن بدنه كعضو واحد فلا ترتيب فيه (فما غسله قبلها) أي النية (لا يصح فيجب إعادة غسله بعدها) أي النية

Berikut perinciannya:

Niat mandi wajib setelah haid

Niat mandi mandi untuk memsucikan tubuh dari haid adalah:

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَكْبَرِ مِنَ الْحَيْضِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu ghusla liraf’il hadatsil akbari minal haidhi fardhan lillaahi ta’aalaa.

Artinya: “Aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar disebabkan haid karena Allah Ta’ala.”

Dalam melafalkan niat tidak bisa seenaknya. Ada aturannya tersendiri. Di antaranya adalah niat diucapkan dalam hati dan bersamaan dengan guyuran pertama kali ke badan. Meski begitu, lisan juga tetap melafalkan niat agar mantap dalam menjalankan kewajiban.

Selanjutnya, tidak sah jika niat yang dimantapkan hanya mandi saja tanpa ada tujuan ingin bersuci daro hadats besar. Maka, wanita yang sudah selesai haid harus melafalkan niat dengan lengkap yang menekankan bahwa niatnya adalah mandi wajib setelah haid. Adapun lafal niatnya yakni sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya.

Yang terakhir adalah membasuh badan pertama kali bersamaan dengan melafalkan niat. Apabila lupa dan teringat di tengah-tengah basuhan, maka mandi wajib tersebut tidak sah. Yang harus dilakukan adalah mengulang lagi mulai dari basuhan awal.

Meratakan air

Rukun yang ke dua adalah meratakan air ke semua anggota badan. Artinya, air harus mengenai semua tubuh, termasuk telinga dalam, sela kuku, rambut, hingga daerah kewanitaan. Apabila ada anggota badan yang tidak terkena guyuran air, maka hukumnya tidak sah. Jadi, dalam melaksanakan mandi wajib memang butuh ketelitian. Jangan sampai ada kesalahan seperti melewatkan satu anggota badan dari guyuran air.

Hukum dan Batas Waktu Mandi Wajib Setelah Haid

Sebagaimana namanya, hukum mandi junub ini adalah wajib. Jika tidak dilakukan, maka ibadah apapun yang dikerjakan tidak sah, bahkan mendapatkan dosa. Ini sesuai dengan firman Allah, yakni:

الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ

Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. (Al-Maidah: 6)

Lalu, kapan batas waktu mandi janabah usai haid? Normalnya, haid berlangsung minimal 7 hari dan maksimal 15 hari. Bahkan, darah yang keluar hanya dalam batas waktu 24 jam disebut darah haid. Namun, jika lebih dari 15 hari, darah tersebut tidak dihukumi haid melainkan darah istihadhoh. Jadi, setelah darah haid terputus maksimal 15 hari, wajib hukumnya untuk mandi besar.

Itulah penjelasan mengenai niat serta tata cara mandi wajib setelah haid. Semoga bermanfaat!

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *