Samudrapikiran.com – Kasus meninggalnya dokter muda Aulia Risma Lestari, yang diduga akibat tekanan dan perundungan di lingkungan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Undip Semarang, semakin memicu perhatian publik. Di tengah sorotan yang terus berkembang, nama dr. Prathita Amanda Aryani turut terseret dalam kontroversi, mengungkap sisi gelap yang selama ini mungkin tersembunyi.
dr. Prathita Amanda Aryani, yang dikenal sebagai chief PPDS Bedah di Undip, menjadi pusat perhatian setelah tanggapan di media sosialnya dianggap seolah menormalisasi budaya senioritas. Dalam unggahan di akun Instagramnya, ia menyampaikan pandangan yang mengundang polemik. “Please gausah ikut berpendapat orang-orang yang tidak langsung terlibat… Kalo memang gatau isinya seperti apa ya gausah koar-koar di IG story kan bukan elu yg jalanin,” tulisnya.
Tanggapan ini memicu reaksi beragam dari netizen. Sebagian menganggap pernyataan tersebut sebagai upaya pembelaan diri di tengah dugaan bahwa ia terlibat dalam praktik senioritas yang ketat di lingkungan PPDS Undip. Hal ini semakin diperkuat dengan bukti-bukti yang diunggah oleh beberapa warganet.
Salah satu bukti yang beredar menunjukkan tindakan dr. Prathita yang memberikan hukuman tidak masuk akal kepada juniornya. Dalam tangkapan layar yang dibagikan, ia meminta seorang junior yang melakukan kesalahan untuk memakan lima bungkus nasi padang secara sendirian, lengkap dengan detail menu yang harus dimakan dan tenggat waktu untuk mengunggah video sebagai bukti.
Selain itu, dr. Prathita juga diketahui pernah memberi hukuman push-up kepada junior yang dianggap melakukan kesalahan. Tindakan ini menimbulkan pertanyaan mengenai budaya senioritas yang terjadi di PPDS Undip, serta bagaimana sistem ini dapat berdampak pada kesehatan mental para peserta didik.
Kasus ini membuka diskusi lebih luas mengenai lingkungan pendidikan dokter spesialis di Indonesia, khususnya terkait praktik senioritas dan dampaknya terhadap para peserta. Banyak pihak menilai, perlu adanya evaluasi mendalam dan tindakan tegas untuk memastikan lingkungan pendidikan yang sehat dan mendukung, sehingga kejadian tragis seperti yang dialami Aulia Risma Lestari tidak terulang kembali.
Kesimpulan dan Tanggapan Publik
Munculnya kasus ini memicu perhatian dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi, praktisi medis, hingga masyarakat umum. Beberapa pihak mendesak agar dilakukan investigasi mendalam untuk mengungkap fakta sebenarnya di balik kejadian ini. Selain itu, ada juga seruan agar dilakukan reformasi terhadap sistem pendidikan dokter spesialis di Indonesia, guna mencegah terjadinya perundungan dan praktik senioritas yang berlebihan.
Seiring berjalannya waktu, perhatian publik kini tidak hanya tertuju pada tragedi yang dialami Aulia, tetapi juga pada bagaimana sistem dan budaya di PPDS dapat diperbaiki untuk melindungi para peserta didik dari tekanan yang tidak perlu. Masyarakat berharap, kasus ini menjadi titik balik bagi perbaikan sistem pendidikan kedokteran di Indonesia, memastikan bahwa generasi dokter berikutnya dapat menempuh pendidikan dengan rasa aman dan nyaman.
Sumber : Jawa Pos