Ternyata, terdapat tingkatan dalam membaca Al-Qur’an. Menurut ulama, tingkatan tersebut berdasarkan kemampuan, kecepatan, dan kesempurnaan dalam melantunkan kalamullah. Memang, banyak yang mampu membaca Al-Qur’an. Namun, tidak semua mampu membaca dengan baik, baik dari segi tajwid, makhroj, kecepatan, dan nada. Itulah kenapa, ada tingkatan tertentu untuk membedakan level masing-masing yang membaca kitab Allah.

Para ulama berpendapat bahwa tingkatan tersebut dibagi menjadi 4 macam. Di antaranya adalah:

Tingkatan Membaca Al-Qur’an Level Tahqiq

Level bacaan Qur’an yang pertama yaitu tahqiq. Apa itu tahqiq? Yakni kemampuan membaca Al-Qur’an dengan kecepatan minim (lambat). Biasanya, yang berada di level ini adalah para pelajar pemula, seperti anak-anak. Meski begitu, ada juga orang dewasa yang masih dalam tahap tahqiq.

Level tahqiq bukan berarti pembaca tidak lancar membaca. Hanya saja, mereka perlu terus berlatih dan mengulang-ulang bacaan agar dapat melatih tempo lebih cepat. Meski demikian, ada juga Qori’ yang menerapkan tingkatan tahqiq dalam praktiknya.

Dengan cara ini, mereka dapat melafalkan setiap huruf dengan tepat dan jelas. Panjang dan pendek bacaan juga terlampaui dengan baik. Begitu juga dengan makhorijul huruf, skatah, waqaf, dan tajwid, mereka benar-benar mengaplikasikannya dengan sangat baik. Jadi, tahqiq memingkinkan pemula atau qori’ untuk membaca Al-Qur’an dengan sempurna.

Tingkatan Membaca Al-Qur’an Level Tartil

Yang kedua adalah tingkatan tartil. Kita pasti sudah paham apa itu tartil dan bagaimana bacaannya. Tartil merupakan kemampuan membaca kalamullah dengan pelan, tenang, dan tepat. Level ini berada di atas satu tingkat dari tahqiq. Ini karena pembaca lebih memahami dan umumnya menerapkan nada tartil tertentu.

Bacaan seperti inilah yang memang perlu dipahami dan diterapkan oleh umat muslim. Dengan tartil, pembaca biasanya lebih santai, tenang, dan menyerap makna Al-Qur’an. Selain itu, pembaca juga sangat memperhatikan hukum bacaan tajwid, makhroj, kaidah waqaf, dan sebagainya.

Tingkatan Tadwir

Tingkatan membaca Al-Qur’an yang ketiga adalah tadwir. Apa itu tadwir? Sesuai urutan tingkat/posisi, maka tadwir adalah cara membaca Al-Qur’an dengan kecepatan sedang. Artinya, bacaan tidak terlalu cepat atau lambat. Biasanya, pembaca Qur’an atau Qori’ tidak memenuhi bacaan ketika bertemu huruf mad.

Khususnya mad munfasil, pembaca membacanya tidak sampai 6 harakat. Kita biasanya sering mendengan bacaan Qur’an dengan metode tadwir dalam salat berjamaah.

Tingkatan Hadr

Yang keempat atau terakhir adalah Hadr. Hadr yaitu cara membaca kitab Allah dengan tempo yang sangat cepat. Biasanya, pembaca akan mengurangi atau memperpendek bacaan ghunnah dan mad. Seperti halnya ketika ada bacaan mad munfasil, mereka hanya membacanya 2 harakat.

Meski membaca dengan cepat, mereka tetap memperhatikan ilmu tajwid beserta hukum-hukumnya. Misalnya, ketika waqaf, mereka mengikuti peraturan. Ketika waktunya berdengung, mereka juga tetap ikut mendengung. Mereka pun masih menerapkan makhorijul huruf dengan tepat.

Para qori’ atau hafidz juga menerapkan cara ini untuk muroja’ah dan menjaga hafalan Al-Qur’an. Bahkan, mereka juga bisa menyelesaikan satu juz dalam satu hari (sekali duduk).

Dari keempat tingkatan di atas, para ulama berpendapat bahwa tartil adalah bacaan yang paling baik dan afdhal. Ini karena kita Allah turun secara tartil (perlahan). Hal ini sesuai dengan apa yang Allah firmankan dalam surah Al-Muzammil ayat 4. Bacaan tartil juga memberi kesempatan pada pembaca untuk menghayati bacaan. Sehingga, suara yang keluar terdengar indah.

Lantas, bagaimana dengan Anda? Apapun tingkatan dalam membaca Al-Qur’an yang sedang Anda tempuh, semoga Anda dan kita semua menjadi manusia selalu cinta terhadap Al-Qur’an. Semoga bermanfaat!

 

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *