Tashghir dalam ilmu shorof merupakan perubahan bacaan/susunan pada isim mu’rob dengan tujuan memberikan makna lebih kecil, sedikit, rendah, dan sebagainya. Cara mengubahnya yakni dengan memberi harokat dhommah pada huruf pertama, harokat fathah pada huruf kedua, serta menambah huruf ya’ sakinah. Tambah ya’ itulah yang disebut ya’ tashghir.

Tashghir memiliki syarat dan tujuan tersendiri. Begitu pula jenisnya, ada beberapa. Berikut penjelasan lengkapnya:

Syarat dan Tujuan Tashghir dalam Ilmu Shorof

Tashghir memiliki beberapa tujuan seperti yang disinggung sedikit di paragraf awal. Apa saja? Tujuannya antara lain:

  • Menunjukkan makna wujud suatu benda lebih kecil. Contoh: نَهْرٌ (sungai) menjadi نُهَيرٌ (sungai yang lebih kecil). Yang merupakan tashghir adalah نُهَيرٌ .
  • Memberi makna hinaan atau merendahkan. Contoh: شَاعِرٌ (penyair) menjadi شُوَيْعِرٌ (penyair amatir).
  • Menunjukkan pengurangan jumlah suatu benda. Contoh: خطوة menjadi خُطَيَّةٌ . Maksud dari خُطَيَّةٌ adalah menyatakan lambatnya suatu langkah atau berjalannya seseorang.
  • Mendekatkan tempat serta waktu. Contoh: قَبْلُ artinya ‘sebelum’ menjadi قُبَيلٌ artinya ‘sesaat sebelum’.
  • Bermakna mengagungkan sesuatu sehingga terkesan hebat. Contoh: بَطَل menjadi بُطَيْلٌ , yang artinya ‘pahlawan’.
  • Menyatakan dekatnya sesuatu terhadap diri. Contoh: صَاحِبٌ menjadi صُوَيْحِبٌ , yang artinya ‘sahabat dekat’.

Itulah beberapa tujuan tashghir. Lalu, apa syarat-syaratnya? Di antaranya adalah:

  • Berupa isim mu’rob
  • Pola kata antara lafadz asli dan lagadz sesudah di-tashghir tidak boleh sama
  • Lafadz yang berubah tashghir bisa bermakna lebih kecil atau rendah. Namun, khusus kata yang mengacu pada Tuhan, Nabi, Malaikat, dan sebagainya, tidak bisa menjadi tashghir.

Macam-macam Tashghir dalam Ilmu Shorof

Ada tiga macam tashghir, yaitu tashghir isim tsulasi, ruba’i, dan khumasi. Apa perbedaan dan bagaimana cara membentuknya? Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!

Tashghir isim tsulasi

Tsulasi sendiri yakni isim yang terdiri atas tiga huruf. Ketika ditashghir, maka lafadz tersebut akan mengikuti pola wazan فُعَيلٌ . Perhatikan contoh berikut:
حَسَنٌ menjadi حُسَينٌ , زَهْرٌ menjadi زُهَيرٌ , رَجُلٌ menjadi رُجَيلٌ . Hasil tashghir ( حُسَينٌ , زُهَيرٌ , رُجَيلٌ ) sama polanya dengan فُعَيلٌ .

Hal tersebut juga berlaku untuk isim yang dikategorikan sebagai isim tsulasi, seperti:

  • Isim muannats yang tidak memiliki tambahan ta’nits. Namun, bentuk tashghirnya tetap harus ditambah huruf ta’ (ta’nits marbuthoh). Contoh:
  • أُمٌّ menjadi أُمَيمَةٌ , هِنْدٌ menjadi هُنَيدَةُ , dan شَمْسٌ menjadi شُمَيسَةٌ .
  • Isim tsulasi yang memiliki tambahan khusus dan dipertahankan dalam suatu kalimah. Tambahan tersebut dapat berupa ta’ ta’nits ( شَجَرَةٌ menjadi شُجَيرَةٌ ), alif ta’nits maqshuroh ( سَعْدَى menjadi سُعَيدَى ), alif ta’nits mamdudah ( صَحْرَاء menjadi صُحَيرَاء ), serta alif dan nun ( سَلْمَانُ menjadi سُلَيمَانُ ).
  • Jamak taksir yang mengikuti pola أَفْعَالٌ . Ketika berubah menjadi tashghir, maka polanya sama dengan isim tsulasi. Contoh: أَصْحَابٌ menjadi أُصَيحَابٌ .

Tashghir isim ruba’i

Isim ruba’i merupakan kalimah yang terdiri atas 4 huruf. Pola wazan ketika ditashghir yakni فُعَيعِلٌ . Contoh: مَصْنَعٌ menjadi مُصَينِعٌ , مَنْزِلٌ menjadi مُنَيزِلٌ .

Hal ini juga berlaku untuk kalimah isim ruba’i tetapi memiliki tambahan huruf seperti: ta’ ta’nits ( مِسْطَرَة menjadi مُسَيطَرَةٌ ), alif ta’nits mamdudah ( أَرْبِعَاءُ menjadi أُرَيبِعَاءُ ), alif dan tambahan nun ( زَعْفَرَانُ menjadi زُعَيفَرَانُ ).

Tashghir isim khumasi

Isim khumasi yaitu kalimah isim yang memiliki 5 huruf. Tashghirnya mengikuti wazan فُعَيعِيلٌ . Contoh: مِصِبَاحٌ menjadi مُصَيبِيحٌ .

Selain tiga jenis tashghir di atas, ada lagi kaidah tambahan. Kaidah tersebut berhubungan dengan isim mu’tal yang dijadikan tashghir. Dalam hal ini, ada dua kaidah isim mu’tal, yaitu:

Kalimah isim yang huruf ke duanya berupa huruf illah atau tambahan alif. Jika alif tersebut adalah huruf illah, maka berubah menjadi bentuk asalnya. Contoh: بَابٌ menjadi بُوَيبٌ , نَابٌ menjadi نُيَيْبٌ . Selanjutnya, jika alif merupakan huruf tambahan, maka diubah ke huruf wawu. Contoh: كَاتِبٌ menjadi كُوَيتِبٌ , سَالِمٌ menjadi سُوَيلِمٌ .

Kalimah isim yang huruf ke tiganya berupa huruf illah. Huruf illah dalam kalimah tersebut harus diidhghomkan ke ya’ tashghir. Contoh: كَرِيمٌ menjadi كُرَيِّمٌ , عَصَا menjadi عُصَيَّةٌ .

Itulah penjelasan mengenai tashghir dalam ilmu shorof. Semoga bermanfaat!

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *