Bahasa Arab

Pengertian Dhorof Zaman dan Dhorof Makan & Contohnya 

Samudrapikiran.com – Dalam pembahasan tata bahasa Arab atau ilmu nahwu, salah satu materi dasar yang memiliki peran penting adalah dhorof. Pembahasan ini biasanya muncul ketika mengkaji keterangan waktu dan tempat dalam sebuah kalimat. Meski tampak sederhana, pemahaman tentang dhorof zaman (ظرف الزمان) dan dhorof makan (ظرف المكان) sangat berpengaruh terhadap ketepatan susunan kalimat sesuai kaidah gramatikal bahasa Arab.

Konsep dhorof banyak dijelaskan dalam kitab-kitab nahwu klasik seperti Alfiyah Ibnu Malik dan Jurumiyah. Dalam literatur tersebut, dhorof juga dikenal dengan istilah maf’ul fiih, yaitu isim yang berfungsi menjelaskan kapan atau di mana suatu perbuatan terjadi. Secara makna, dhorof selalu berkaitan dengan takdir huruf fii (في) yang berarti “di” atau “dalam”.

Pengertian Dhorof Zaman

Dhorof zaman adalah isim yang digunakan untuk menunjukkan waktu terjadinya suatu peristiwa atau aktivitas. Dalam i’rab, dhorof zaman selalu berstatus manshub karena menjadi keterangan waktu bagi fi’il yang terjadi.

Contoh Dhorof Zaman

Beberapa kata yang sering digunakan sebagai dhorof zaman antara lain:

  • اليوم (hari ini)
  • غدًا (besok)
  • صباحًا (pagi hari)
  • أبدًا (selamanya)

Contoh penggunaan dalam kalimat:

سافرتُ غدًا إلى مكة
(Saya bepergian besok ke Mekkah)

Pada kalimat tersebut, kata غدًا berfungsi sebagai dhorof zaman karena menunjukkan waktu terjadinya perjalanan.

Pengertian Dhorof Makan

Dhorof makan adalah isim yang berfungsi menjelaskan tempat berlangsungnya suatu perbuatan. Sama seperti dhorof zaman, dhorof makan juga dibaca manshub karena mengandung makna tempat terjadinya fi’il dengan takdir huruf fii.

Contoh Dhorof Makan

Beberapa contoh kata yang termasuk dhorof makan di antaranya:

  • أمام (di depan)
  • تحت (di bawah)
  • وراء (di belakang)
  • بين (di antara)

Contoh dalam kalimat:

جلستُ أمامَ المعلم
(Saya duduk di depan guru)

Kata أمامَ menjadi penunjuk tempat duduk, sehingga masuk dalam kategori dhorof makan.

Isim yang Tidak Termasuk Dhorof

Perlu dipahami bahwa tidak semua isim yang berkaitan dengan waktu atau tempat otomatis disebut sebagai dhorof. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan sebuah isim tidak bisa berfungsi sebagai dhorof, di antaranya:

1. Berfungsi sebagai Mubtada atau Khabar

Contoh:
مجلسك مجلسٌ حسنٌ
(Majlismu adalah majlis yang baik)
Kata مجلس di sini berperan sebagai mubtada dan khabar, bukan dhorof.

2. Berstatus Majrur karena Huruf Jar

Contoh:
جلستُ في مجلسك
(Saya duduk di majlismu)
Karena didahului huruf fi, maka kata مجلسك tidak disebut dhorof.

3. Menjadi Maf’ul Bih

Contoh:
علمتُ مجلسَك
(Saya mengetahui majlismu)
Kata مجلسك adalah objek langsung, bukan keterangan tempat.

4. Tidak Mengandung Makna Fii

Contoh:
ذهبتُ مكة
(Saya pergi ke Mekkah)
Meskipun menunjukkan tempat, kata مكة tidak selalu bermakna “di”, sehingga tidak termasuk dhorof.

Faktor yang Menyebabkan Dhorof Dibaca Manshub

Dalam ilmu nahwu dikenal istilah amil, yaitu unsur yang memengaruhi i’rab suatu kata. Dhorof dapat dibaca manshub karena beberapa amil berikut:

1. Fi’il (Kata Kerja)

رأيتُ زيدًا يومَ الجمعة
(Saya melihat Zaid pada hari Jumat)

2. Masdar

عجبتُ من نظري زيدًا يومَ الجمعة
(Aku kagum terhadap penglihatanku pada Zaid di hari Jumat)

3. Isim Sifat

أنا ناظرٌ زيدًا يومَ الجمعة
(Aku sedang memperhatikan Zaid pada hari Jumat)

Dalam kondisi tertentu, amil tersebut boleh dihilangkan, terutama jika dhorof berfungsi sebagai keterangan tambahan, sifat, atau bagian dari silah mausul.

Syarat Isim yang Bisa Menjadi Dhorof

1. Syarat Dhorof Zaman

Pada dasarnya, semua kata yang menunjukkan waktu dapat menjadi dhorof, baik yang bersifat umum seperti لحظة (sesaat), maupun yang dibatasi jumlah dan sifatnya seperti يومين (dua hari) atau يومًا واحدًا (satu hari).

2. Syarat Dhorof Makan

Tidak semua isim tempat bisa menjadi dhorof. Umumnya, yang bisa dijadikan dhorof makan adalah isim yang bermakna umum atau menunjukkan ukuran tertentu, seperti jarak atau langkah.

Contoh:
سرتُ ثلاثة أميال
(Saya berjalan sejauh tiga mil)

جلستُ مجلسَ زيد
(Saya duduk di tempat duduk Zaid)

Namun, jika isim tempat tidak berasal dari makna perbuatan, maka penggunaannya harus disertai huruf jar, seperti:
جلستُ في مرمى زيد
(Saya duduk di tempat sasaran Zaid)

Penutup

Dhorof merupakan salah satu unsur penting dalam ilmu nahwu yang berfungsi menjelaskan waktu dan tempat terjadinya suatu peristiwa. Pemahaman yang baik tentang dhorof zaman dan dhorof makan akan membantu pembelajar bahasa Arab dalam menyusun kalimat yang tepat dan sesuai kaidah.

Dengan menguasai konsep ini, pembaca tidak hanya lebih mudah memahami kitab-kitab klasik dan teks keislaman, tetapi juga memiliki fondasi kuat dalam memahami struktur bahasa Arab secara menyeluruh dan aplikatif.

Sebelumnya

Hukum Interaksi Lawan Jenis di Ruang Publik dalam Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Samudrapikiran.com