Macam Jumlah Mufidah dan Contohnya


Setelah mengetahui pengertian jumlah mufidah, sekarang, saatnya kita mengenal macam jumlah mufidah. Dalam bahasa Indonesia, kalimat terbagi menjadi dua, yaitu kalimat verbal dan kalimat nominal. Begitu pun dalam bahasa Arab, jumlah mufidah terbagi menjadi dua yaitu jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan junlah fi’liyah (kalimat verbal). Jadi, mari kita bahas tuntas jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Simak penjelasan berikut!
Mengenal Macam Jumlah Mufidah
Jumlah mufidah terbagi menjadi dua macam, yaitu:
Jumlah Ismiyah
Apa itu jumlah ismiyah? Dalam bahasa Indonesia kalimat semacam ini disebut dengan kalimat nominal. Yang mana, kalimat tersebut tidak memiliki kata kerja. Yang menjadi predikat adalah kata benda, kata sifat, dan kata keterangan.
Begitupun dengan jumlah ismiyah, yaitu kalimat atau ucapan yang diawali dengan kata benda (isim). Kalimat ini tidak memiliki fi’il (kata kerja) asli. Meskipun demikian, jumlah ismiyah tetap sempurna karena terdiri atas subjek dan predikat. Istilah untuk subjek dalam jumlah ismiyah adalah mubtada’ (مُبْتَدَأٌ) sedang predikatnya adalah khobar (خَبَرٌ). Perhatikan contoh di bawah ini:
العِلْمُ نَافِعٌ
Dua kata di atas sama-sama merupakan isim. Penjabarannya adalah sebagai berikut:
Al-‘ilmu (العِلْمُ) merupakan isim (kata benda). Tepatnya adalah isim marfu’, yakni isim yang dirafa’kan dan bertempat di awal kalimat. Kedudukan العِلْمُ sebagai mubtada’ atau subjek.
Naafi’un (نَافِعٌ) merupakan kata sifat. Kata sifat dalam bahasa Arab termasuk kata benda atau isim. Kedudukan نَافِعٌ dalam kalimat نَافِعٌ العِلْمُ adalah sebagai khobar atau predikat yang menyifati العِلْمُ.
العِلْمُ = ilmu
نَافِعٌ = penting
Maka, artinya adalah ilmu itu penting.
Jumlah Fi’liyah
Jumlah fi’liyah merupakan kalimat atau ucapan yang menyatakan perbuatan, pekerjaan, atau tindakan seseorang dan berhubungan dengan zaman (waktu). Berbeda dengan jumlah ismiyah, jumlah fi’liyah diawali dengan kata kerja atau fi’il, baik itu fi’il madhi (masa lampau), mudhori’ (sekarang atau masa yang akan datang), dan amr (perintah).
Susunan jumlah fi’liyah adalah kata kerja dan pelaku (fi’il dan fa’il). Perhatikan contoh berikut:
رَجَعَ زَيْدٌ
رَجَعَ (telah pulang) merupakan fi’il (kata kerja)
زَيْدٌ (zaid) merupakan fa’il (pelaku/subjek)
Kata yang mengawali jumlah/kalimat di atas adalah رَجَعَ yang merupakan fi’il. Maka, kalimat tersebut merupakan jumlah fi’liyah.
Sebagai catatan, fi’il dan fa’il dalam satu kalimat itu harus sejenis. Maksudnya, jika fi’ilnya berupa mudzakkar (menunjukkan makna laki-laki), maka fa’il juga harus berupa mudzakkar. Sebaliknya, jika fi’il berupa muannats (menunjukkan makna perempuan), maka fa’il juga berupa muannats. Hal ini akan diulas lebih lengkap di bab-bab selanjutnya.
Latihan Soal Terkait Macam Jumlah Mufidah Serta Pembahasannya
Untuk mengukur pemahaman apakah kita benar-benar telah mengenal macam jumlah mufidah (jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah), kita bisa memperhatikan soal berikut. Di bawah ini adalah beberapa jumlah mufidah. Tentukan mana yang termasuk jumlah ismiyah dan jumlah mufidah beserta penjelasannya!
1. عَلِيٌّ مَرِيْضَ
2. قَامَ زَيْدٌ
3.الطَّالِبُ يَذْهَبُ
Jawaban
Untuk menentukan jenis jumlah mufidah, kuncinya terdapat pada kata awal. Mari kita kupas satu per satu:
Pada soal pertama, kata awal adalah عَلِيٌّ (Ali) yang merupakan nama orang, Ali. Nama orang termasuk kata benda atau isim. Maka, عَلِيٌّ مَرِيْضَ (Ali sakit) merupakan jumlah ismiyah.
عَلِيٌّ sebagai mubtada’
مَرِيْضَ sebagai khobar
Pada soal ke dua, kata awal adalah قَامَ (berdiri). ‘Berdiri’ termasuk kata kerja (fi’il). Maka, زَيْدٌ قَامَ (zaid berdiri) merupakan jumlah fi’liyah.
قَامَ sebagai fi’il (kata kerja)
زَيْدٌ sebagai fa’il (pelaku)
Pada soal ke tiga, jata awal adalah يَذْهَبُ (datang) yang merupakan kata kerja (fi’il).
Maka, الطَّالِبُ يَذْهَبُtermasuk jumlah fi’liyah.
يَذْهَبُ sebagai fi’il (kata kerja)
الطَّالِبُ sebagai fa’il (pelaku)Sekarang, kita sudah paham dan mengenal macam jumlah nufidah, yaitu jumlah ismiyah dan jumlah mufidah dengan baik. Semoga bermanfaat!