Kenapa Seseorang Bisa Terkena Raja Singa? Ini Penjelasannya


Samudrapikiran.com – Penyakit raja singa atau sifilis merupakan salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.
Infeksi ini dapat menyerang berbagai bagian tubuh dan menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan cepat.
Sifilis dikenal sebagai penyakit yang dapat berkembang dalam beberapa tahap dan menimbulkan gejala berbeda pada setiap fase.
Penyebab dan Cara Penularan Sifilis
Sifilis menurut PAFI Jakarta Utara ditularkan melalui kontak langsung dengan luka sifilis yang terbuka pada individu yang terinfeksi.
Kontak ini biasanya terjadi melalui hubungan seksual, baik vaginal, anal, maupun oral.
Selain itu, sifilis juga dapat menular dari ibu hamil ke janin dalam kandungan, yang dikenal sebagai sifilis kongenital.
Bakteri Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir atau luka kecil di kulit.
Penyakit ini tidak menular melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, berbagi makanan dan minuman, atau menggunakan toilet bersama.
Tahapan Infeksi Sifilis
Sifilis berkembang dalam empat tahap utama, yaitu primer, sekunder, laten, dan tersier.
Pada tahap primer, gejala utama adalah munculnya luka kecil tanpa rasa sakit yang disebut chancre di area genital, anus, atau mulut.
Luka ini dapat sembuh sendiri dalam beberapa minggu, tetapi infeksi tetap ada dalam tubuh jika tidak diobati.
Tahap sekunder biasanya terjadi beberapa minggu setelah luka chancre menghilang, ditandai dengan ruam di telapak tangan dan kaki, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, serta kelelahan.
Beberapa penderita juga mengalami bercak putih di mulut dan kutil kelamin.
Jika tidak diobati, sifilis memasuki tahap laten, di mana infeksi tetap ada di tubuh tetapi tidak menimbulkan gejala.
Pada sebagian kasus, sifilis bisa berkembang ke tahap tersier, yang berisiko menyebabkan kerusakan serius pada organ seperti jantung, otak, saraf, serta tulang dan sendi.
Faktor Risiko Sifilis
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena sifilis, seperti sering berganti pasangan seksual.
Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual juga meningkatkan kemungkinan tertular penyakit ini.
Individu yang melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi tanpa mengetahui status kesehatannya memiliki risiko tinggi terkena sifilis.
Pria yang berhubungan seksual dengan pria juga memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.
Selain itu, individu dengan HIV/AIDS lebih rentan terhadap sifilis karena sistem imun yang melemah.
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan sifilis dapat dilakukan dengan menerapkan praktik seks yang aman, seperti menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan.
Pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama bagi individu yang aktif secara seksual, sangat penting untuk mendeteksi sifilis sejak dini.
Jika terdiagnosis sifilis, pengobatan utama adalah pemberian antibiotik penisilin.
Pasien yang sedang menjalani pengobatan sebaiknya menghindari aktivitas seksual hingga dinyatakan sembuh oleh dokter.
Sifilis yang ditangani dengan cepat dapat disembuhkan sepenuhnya tanpa menimbulkan komplikasi.
Kesadaran akan risiko sifilis serta pencegahan yang tepat sangat penting untuk menghindari penyebaran penyakit ini.
Menjaga kebersihan diri dan hubungan seksual yang sehat dapat melindungi diri serta pasangan dari infeksi menular seksual seperti sifilis.