Gaya Hidup

Kalender Bali Harian: Panduan Spiritual dan Filosofi Hidup Umat Hindu di Pulau Dewata

Gambar : Tribun Bali

Samudrapikiran.com – Denpasar, Bali — Bagi masyarakat Hindu di Bali, penanggalan tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu, tetapi juga sebagai pedoman spiritual dan filosofis dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sistem penanggalan tradisional yang dikenal sebagai Kalender Bali atau Wariga ini masih digunakan secara aktif untuk menentukan hari baik (dewasa ayu) dan hari raya (rerainan).

Berita-berita dari Baliprov.org secara rutin menyajikan informasi harian mengenai Kalender Bali, menunjukkan betapa pentingnya sistem ini dalam kehidupan masyarakat Pulau Dewata.

Mengenal Tiga Elemen Utama Kalender Bali

Kalender Bali adalah sistem kompleks yang menggabungkan tiga siklus waktu utama, yang menghasilkan kombinasi unik pada setiap harinya:

  1. Siklus Mingguan (Saptawara): Tujuh hari dari Redite (Minggu) hingga Saniscara (Sabtu).
  2. Siklus Pasar (Pancawara): Lima hari dari Umanis, Paing, Pon, Wage, hingga Kliwon.
  3. Siklus Wuku (Wuku): Siklus 30 minggu, masing-masing memiliki nama unik (misalnya Sinta, Landep, Ukir, hingga Watugunung).

Kombinasi dari ketiga siklus inilah yang menentukan nama hari, sifat hari, dan upacara apa yang harus dilakukan.

Hari Raya dan Momen Penting dalam Penanggalan Harian

Informasi Kalender Bali harian dari Baliprov.org sering menyoroti perayaan dan hari suci tertentu yang jatuh pada hari itu. Beberapa momen penting yang rutin disorot meliputi:

  • Purnama dan Tilem: Hari suci yang didasarkan pada peredaran bulan. Purnama (bulan penuh) dianggap sebagai waktu baik untuk memohon anugerah dan kesucian. Sementara Tilem (bulan mati) adalah hari untuk memuja roh suci dan menetralisir unsur negatif.
  • Anggara Kasih: Kombinasi antara hari Anggara (Selasa) dan Pancawara Kliwon. Hari ini dimaknai sebagai pembersihan diri secara spiritual, seperti yang sering terjadi pada Anggara Kasih Julungwangi.
  • Kajeng Kliwon: Kombinasi antara Kajeng (siklus tiga hari) dan Kliwon (siklus lima hari). Hari ini dianggap sakral, terutama untuk menjaga keseimbangan alam semesta (Bhuana Agung) dan diri (Bhuana Alit).
  • Tumpek: Hari raya yang jatuh setiap 35 hari sekali (Saniscara Kliwon Wuku tertentu). Contohnya seperti Tumpek Uduh (persembahan untuk tumbuh-tumbuhan) dan Tumpek Landep (persembahan untuk benda-benda tajam dan teknologi).
  • Hari Bhatara Sri: Momen baik untuk memuja Bhatara Sri, Dewi Kemakmuran dan kesuburan, sering dikaitkan dengan hari baik untuk rezeki dan pertanian.

Panduan untuk Menentukan Hari Baik (Ayuning Dewasa)

Selain hari raya besar, Kalender Bali juga memuat informasi tentang Ayuning Dewasa—kumpulan hari-hari baik yang direkomendasikan untuk melakukan aktivitas tertentu, seperti:

  • Melaksanakan upacara pernikahan.
  • Memulai usaha baru atau pindah rumah.
  • Melakukan upacara keagamaan (yadnya).

Dengan mengikuti panduan Kalender Bali harian, masyarakat Hindu Bali memastikan bahwa setiap langkah kehidupan mereka selaras dengan ritme alam dan ajaran agama, menjaga keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan.

Untuk informasi terbaru mengenai Kalender Bali hari ini, termasuk rincian tentang rerainan dan dewasa ayu, masyarakat Bali selalu dianjurkan untuk merujuk pada pembaruan harian di laman resmi baliprov (kalender bali) atau sumber-sumber kalender tradisional Bali lainnya.

 

Sebelumnya

Hukum Shalat dengan Pakaian Najis Tanpa Disadari, Apakah Wajib Diulang?

Selanjutnya

Isim yang Dima‘rifatkan dengan Alat Pemakrifat (أل) dalam Bahasa Arab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Samudrapikiran.com