Kajian Islam

Makna Kedamaian dalam Islam Kaffah Menurut Tafsir Imam Fakhruddin Ar-Razi

Gambar : Uin SGD

Samudrapikiran.com – Ajaran Islam tak hanya mengatur hubungan vertikal antara manusia dan Sang Khalik, tetapi juga menekankan pentingnya harmoni sosial dan kedamaian di antara sesama manusia. Prinsip ini secara eksplisit ditegaskan dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an yang mengajak umat untuk menjauhi konflik, bersatu dalam kebaikan, dan menjadikan perdamaian sebagai jalan hidup.

Salah satu ayat yang menjadi landasan utama dalam hal ini adalah firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 208:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Ayat ini menjadi seruan jelas bagi umat Islam untuk tidak setengah-setengah dalam menjalankan syariat, melainkan secara kaffah atau menyeluruh, termasuk dalam hal membangun kehidupan yang damai.

Makna As-Silmi Menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi

Ulama tafsir kenamaan, Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam karya monumentalnya Tafsir Ar-Razi atau Mafatihul Ghaib memberikan penafsiran yang sangat mendalam terkait kata as-silmi dalam ayat tersebut. Beliau menulis:

وَخَامِسُهَا: أَنْ يَكُونَ السِّلْمُ الْمَذْكُورُ فِي الْآيَةِ مَعْنَاهُ الصُّلْحُ وَتَرْكُ الْمُحَارَبَةِ وَالْمُنَازَعَةِ، وَالتَّقْدِيرُ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً أَيْ كُونُوا مُوَافِقِينَ وَمُجْتَمِعِينَ فِي نُصْرَةِ الدِّينِ وَاحْتِمَالِ الْبَلْوَى فِيهِ، وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ بِأَنْ يَحْمِلَكُمْ عَلَى طَلَبِ الدُّنْيَا وَالْمُنَازَعَةِ مَعَ النَّاسِ

Artinya: “Dan pendapat kelima: Bahwa as-Silmu yang disebutkan dalam ayat ini maknanya adalah perdamaian dan meninggalkan peperangan serta pertikaian. Perkiraan maknanya adalah: ‘Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam kedamaian secara keseluruhan,’ yaitu hendaklah kalian sepakat dan bersatu dalam menolong agama dan menanggung cobaan di dalamnya. ‘Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan,’ yaitu dengan ia (setan) membawa kalian untuk mencari dunia dan bertikai dengan manusia.” (Tafsir Ar-Razi, juz V, hlm. 225)

Dari penafsiran ini, jelas bahwa as-silmi tidak sekadar berarti damai dalam arti bebas dari peperangan, namun juga mencakup harmonisasi sosial dan spiritual dalam menjalankan ajaran agama. Imam Ar-Razi secara tegas menekankan pentingnya persatuan umat sebagai pilar utama kedamaian hakiki.

Doa Nabi Ibrahim AS: Kedamaian dan Kemakmuran sebagai Syarat Ketaatan

Pesan kedamaian juga dapat ditemukan dalam doa Nabi Ibrahim AS sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 126:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, ‘Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu bagi siapa di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.’ Allah berfirman, ‘Dan bagi siapa yang kafir akan Aku beri kesenangan sedikit, kemudian akan Aku paksa dia menjalani azab neraka. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)

Imam Fakhruddin Ar-Razi menafsirkan bahwa permintaan keamanan dan kemakmuran ini bukan sekadar bersifat duniawi, melainkan terkait erat dengan tujuan spiritual. Ketika rasa takut dihilangkan dan kebutuhan hidup terpenuhi, manusia akan lebih tenang dalam beribadah dan mentaati perintah Allah SWT. (Tafsir Ar-Razi, juz IV, hlm. 59)

Islam dan Kedamaian: Bukan Sekadar Tidak Berperang

Bila dirangkum dari penjabaran di atas, ajaran Islam menempatkan kedamaian sebagai nilai yang sangat luhur. Kedamaian bukan hanya tidak berperang, melainkan keadaan aktif yang mencerminkan ketentraman batin, keharmonisan sosial, dan solidaritas umat. Prinsip ini menjadi fondasi dalam menjalankan Islam secara kaffah.

Mengikuti langkah setan, sebagaimana diperingatkan dalam Al-Baqarah ayat 208, akan menggiring umat kepada pertikaian, perebutan dunia, dan perpecahan. Sebaliknya, masuk ke dalam as-silmi berarti memilih jalan damai, menjauhi permusuhan, dan bersatu dalam menegakkan ajaran Allah.

Penutup

Dari perspektif Al-Qur’an dan tafsir klasik seperti yang dijelaskan oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi, kedamaian dalam Islam bukanlah konsep pasif. Ia adalah sebuah komitmen spiritual dan sosial, yang mendorong setiap muslim untuk hidup dalam persatuan, menjauhi pertentangan, dan membangun masyarakat yang kokoh dalam iman dan kebajikan.

Sebelumnya

Alih Kepemilikan BSI ke Danantara Dikonfirmasi OJK, Ditarget Rampung Tahun Ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Samudrapikiran.com