Belakangan ini, baju thrift menjadi fenomena tersendiri di kalangan masyarakat. Baju thrift atau pakaian bekas adalah pakaian yang telah digunakan sebelumnya oleh orang lain baik bekas hidup, maupun bekas sakit, dan bekas meninggal yang disumbangkan dan kemudian malah dijual kembali. Baju thrift bisa mencakup berbagai jenis pakaian, mulai dari pakaian sehari-hari hingga pakaian formal. Biasanya pakaian bekas ini berasal dari berbagai sumber, termasuk luar negeri.
Banyak negara memiliki industri pakaian yang besar dan konsumsi pakaian yang tinggi. Ketika orang-orang di negara-negara tersebut mengganti pakaian mereka, banyak pakaian bekas yang masih dalam kondisi baik yang kemudian dibuang ke tong sampah, lalu di pusat daur ulang, pakaian tersebut dikumpulkan dan dijadikan dalam 1 bal, lalu diekspor sebagai sampah ke negara lain. Kemudian, baju-baju bekas yang sudah dikumpulkan ini dikirim ke negara lain untuk dijual dalam izin masuk sampah. Bahkan, ada perusahaan dan organisasi yang berperan dalam perdagangan pakaian bekas di tingkat internasional.
Bahaya Membeli dan Memakai Baju Thrift
Foto oleh Cotton Bro Studio
Membeli dan memakai baju thrift atau baju bekas memang menjadi tren yang populer belakangan ini. Selain dapat menjadi alternatif yang terjangkau secara finansial, memilih baju thrift juga bisa memberikan keunikan dan gaya yang berbeda. Namun, dibalik keuntungan tersebut, terdapat beberapa bahaya yang perlu kita ketahui sebelum memutuskan untuk membeli dan memakai baju thrift. Ini termasuk:
1.Sangat Dilarang Pemerintah
Foto dari Instagram @Jokowi
Baju thrift masuk secara ilegal dan tidak membayar pajak seharga baju tersebut diproduksi, maupun pajak harga jual, dan keberadaannya sangat dilarang pemerintah Indonesia. Tak main-main, bahkan Pemerintah sampai mengeluarkan peraturan yang akan menindak para pelaku bisnis baju thrift. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah melarang impor pakaian bekas pada tahun 2021. Larangan tersebut tertulis dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 18 Tahun 2021, tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.
2.Kualitas yang Tidak Terjamin
Foto oleh Cotton Bro Studio
Baju thrift memiliki kualitas yang tidak terjamin, ada juga yang berkualitas buruk, seperti bekas robek. Pemakaian berulang, pencucian, dan usia bahan yang sudah lama dapat mengurangi kualitas pakaian tersebut. Baju thrift sering mengalami keausan, penurunan elastisitas, dan kerusakan kecil lainnya yang mungkin tidak terlihat pada pandangan pertama. Ini berarti bahwa baju thrift memiliki umur pakai yang lebih pendek dan mungkin memerlukan perbaikan atau penggantian lebih cepat.
3.Tidak Tahu Bekas Siapa
Foto oleh Valeria Boltneva
Salah satu alasan mengapa jangan membeli baju thrift adalah karena kamu tidak tahu baju tersebut bekas siapa. Karena statusnya sebagai barang bekas, mayoritas pakaian tersebut bekas orang yang sudah meninggal disumbangkan, bekas orang yang memiliki penyakit kulit, bekas orang kecelakaan, punya penyakit, buang sial, dan lain-lain.
4.Infestasi Hama
Foto oleh Cotton Bro Studio
Salah satu bahaya utama yang terkait dengan baju thrift adalah risiko infestasi hama mini dan micro yang susah terlihat mata. Baju bekas mungkin telah terkena paparan serangga seperti kutu busuk, kutu kasur, atau kutu pakaian. Jika tidak peduli dengan kondisi baju thrift, maka kamu bisa membawa hama tersebut ke dalam rumah dan menyebabkan masalah serius.
Infestasi hama dapat merugikan kesehatan dan kebersihan rumah kamu dan keluarga, serta mengakibatkan biaya tambahan untuk membasmi hama tersebut. Terutama karena penjual baju thrift juga seringkali menjual langsung apa adanya, tidak mau repot repot dicuci dan steril dulu sebelum dijual, dan ini menyebabkan hama micro terbawa di dalam packing dan ketika paket dibuka oleh customer langsung berjatuhan menyebar di kulit maupun di lantai dalam rumah.
5.Kontaminasi Bakteri dan Virus
Foto oleh Julia M Cameron
Selain masalah hama, baju thrift juga bisa menjadi tempat berkembang biak bagi bakteri dan virus. Beberapa penyakit menular seperti flu atau pilek dapat bertahan pada bahan tekstil untuk periode tertentu. Jika memakai baju thrift, kamu berisiko terkena kontaminasi dan penyebaran penyakit tertentu.
Seperti yang kita ketahui beberapa waktu yang lalu, virus COVID-19 bertahan diatas pakaian dengan campuran plastik selama 8-10 hari, dan diatas kancing dan jenis logam lainnya selama 10-15 hari. Menyentuh pakaian yang terkontaminasi dan pada akhirnya menggunakan tissue untuk menyeka keringat apalagi lap mulut atau kacamata, punya resiko tinggi tertular. Belum lagi menyentuh tombol-tombol mesin cuci dan gagang pintu kamar tidur.
6.Resiko Terkena Penyakit Kulit dan Jamur
Foto oleh RF._.studio
Membeli dan memakai baju thrift juga dapat menyebabkan masalah kesehatan kulit. Baju bekas mungkin telah digunakan oleh orang lain dalam jangka waktu yang lama. Pakaian tersebut bisa saja telah terpapar keringat, minyak tubuh, atau bahan kimia seperti deterjen yang tidak cocok dengan kulit kamu. Penggunaan baju bekas dapat menyebabkan gatal-gatal, ruam kulit, atau bahkan infeksi pada kulit. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi risiko masalah kulit ketika menggunakan baju thrift meliputi:
- Kebersihan: Baju thrift kemungkinan besar tidak dibersihkan secara menyeluruh sebelum dijual kembali. Oleh karena itu, penting untuk mencuci baju sebelum digunakan untuk menghilangkan kuman, alergen, atau bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi kulit, dan wajib mencuci tangan tanpa menyentuh lain lain.
- Sensitivitas kulit: Setiap orang memiliki jenis kulit yang berbeda, dan beberapa orang mungkin lebih sensitif terhadap iritasi dari bahan-bahan tertentu. Jika kamu memiliki kulit sensitif, kamu mungkin lebih rentan terhadap reaksi kulit saat menggunakan baju thrift.
- Kondisi baju: Sebagian besar baju bekas telah mengalami kerusakan atau aus akibat pemakaian sebelumnya. Benang yang menonjol, kancing yang hilang, atau retakan pada baju dapat menyebabkan iritasi atau luka pada kulit kamu.
7.Mematikan Ekonomi dalam Negeri
Foto oleh Waldemar
Bisnis baju thrift juga sangat berbahaya bagi ekonomi dalam negeri. Hal ini karena bisnis tersebut dapat mematikan jutaan pekerjaan tenaga ahli, mulai dari ahli pintal benang, ahli warna, ahli obras, ahli jahit, ahli pola, produksi jarum, produksi bahan, produksi benang, petani kapas, desainer, dan semua tenaga kerja ahli garment di Indonesia.
Seperti yang diketahui, industri pakaian bekas import cukup bersaing dengan industri pakaian lokal yang memproduksi pakaian baru. Jika masyarakat lebih memilih membeli pakaian bekas daripada membeli pakaian baru yang diproduksi secara lokal, hal itu dapat berdampak sangat negatif dan berbahaya pada bisnis pakaian lokal, dan membahayakan ekonomi negara secara keseluruhan.
Tips Memiliki Baju Branded yang Aman dan Tidak Berbahaya
Ingin memiliki baju branded yang murah, bagus, berkualitas, dan tidak berbahaya? Penulis rekomendasikan “Pakaian Sisa Eksport” salah satu penjual yang sudah dikenal sejak lama yaitu @BrandedByVita di Tiktok dan Warnamu.com di Shopee. Toko ini menjual Baju Branded Sisa Ekspor dari berbagai brand terkenal. Sederhananya, baju branded sisa ekspor merupakan jenis pakaian produksi Indonesia maupun negara lain yang tidak memenuhi standar atau kriteria yang ditetapkan oleh pemilik brand. Biasanya, jenis baju seperti itu diekspor ke negara lain untuk dijual kembali dengan harga yang lebih terjangkau.
Baju branded sisa ekspor adalah jenis pakaian yang 100% baru, bukan bekas seperti thrift. Daripada kamu membeli baju bekas dengan kualitas buruk dan berpotensi menyebabkan berbagai penyakit, lebih baik kamu membeli baju branded sisa ekspor. Dengan membeli baju branded sisa ekspor, kamu bisa mengenakan baju branded dengan harga terjangkau dan tampil dengan fashion yang lebih stylish.
Agar tidak tertipu toko abal-abal dan pakaian dengan kualitas buruk, penulis merekomendasikan kamu membeli baju sisa ekspor hanya di Tiktok @BrandedByVita dan Shopee Warnamu.com. Toko ini telah menjual ratusan ribu baju branded sisa ekspor, sehingga tidak perlu diragukan lagi kualitas barang yang dijual dan telah terbukti menjadi pilihan masyarakat Indonesia. Jangan lupa follow toko ini dan ikuti trend fashion baju branded yang terupdate.
Baca Juga : 5 Ide Bisnis Olahan Pisang Kekinian
Dalam merawat bayi 6 bulan, tidak hanya nutrisi dan tidur yang perlu diperhatikan, tapi juga stimulasi perkembangan motorik dan kebersihan bayi.