Penulis :  Rizka Marcella

Indoensia sebagai salah satu negara berkembang menjadi salah satu tujuan utama dari investor negara maju. Hal tersebut dikarenakan salah satu karakteristik dari pasar modal di negara berkembang adalah memiliki risk premium yang lebih tinggi sehingga diharapkan akan memberikan expected return yang tinggi pula.

Tingginya expectred return inilah yang kemudian menarik minat investor asing untuk turut serta berinvestasi di pasar modal Indonesia. Selain itu, perkembangan kondisi perekonomian Indonesia yang cukup stabil juga merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh investor asing untuk menanamkan dana mereka ke Indonesia.

Karena selain tingkat return yang diharapkan, banyak faktor yang mempengaruhi minat investasi di suatu negara antara lain faktor keamanan, stabilitas sosial dan politik, dan sebagainya.

Menurut sebuah penelitian untuk melihat bagaimana dampak aliran dana asing terhadap fluktasi harga saham , mengamati transaksi yang dikeluarkan oleh investor asing pada 10 saham selama bulan Oktober hingga Desember 2020. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 10 perusahaan yang diambil dari daftar kelompok saham-saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII).

Direntang waktu tersebut saham yang banyak ditransasaksikan oleh negara asing adalah PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tk dengan rata-rata nilai transaksi asing diatas 400 milyar per bulan. Pada bulan Oktober 2020, asing mencatatkan posisi net sell sebesar 67,95 milyar rupiah. Pada bulan November investor asing mencatatkan posisi net buy sebesar 63,88 milyar rupiah dan pada bulan Desember 2020 investor asing kembali mencatatkan posisi net sell sebesar 42,06 milyar rupiah.

Disamping itu, saham yang paling sedikit ditransaksikan oleh investor asing adalah saham PT Semen Baturaja, Tbk dengan rata-rata transaksi asing selama bulan Oktober 2020 hanya sebesar kurang lebih 150 juta rupiah yang kemudian mengalami peningkatan menjadi 5,2 milyar pada bulan November 2020 dan meningkat lagi menjadi 19,1 milyar pada bulan Desember 2020.

Rata-rata perubahan harga saham dari 10 perusahaan yang diamati selama bulan Oktober  hingga Desember 2020 adalah sebesar 2,44 persen. Pembelian asing memiliki pengaruh yang positif terhadap perubahan harga saham. Jika asing dalam posisi net buy maka harga saham akan cenderung meningkat.

Sebaliknya jika asing dalam posisi net sell maka harga saham akan cenderung turun. Besar pengaruh posisi asing untuk setiap 1 miliar net posisi (buy atau sell) adalah sebesar 0,0043. Dengan demikian jika asing mencatatkan posisi net buy sebesar 1 miliar maka akan mampu meningkatkan harga saham sebesar 0,0043 persen.

Sebaliknya untuk setiap posisi net sell sebesar 1 miliar maka harga saham akan terkoreksi sebesar 0,0043 persen. Selanjutnya, hasil pengujian model secara keseluruhan menghasilkan nilai F-hitung sebesar 4,395 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai siginifikansi ini lebih kecil dari nilai alpha pada tingkat 1% sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99%, model pengaruh pembelian asing terhadap harga saham telah fit dengan data yang ada.

Adapun pengujian secara parsial untuk pengaruh dari pembelian asing terhadap harga saham memberikan nilai t-hitung sebesar 2,177 dengan nilai signifikansi sebesar 0,029. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari alpha pada tingkat 5% sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, variabel pembelian asing berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham.

Adapun nilai koefisien determinasi yang dihasilkan oleh model regresi adalah sebesar 0,771. Ini berarti sebesar 77,1% perubahan harga saham dari 10 perusahaan yang diamati selama bulan Oktober 2020-Desember 2020 dipengaruhi oleh posisi pembelian asing, sedangkan sisanya sebesar 22,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

Pada periode Oktober-Desember 2020 merupakan periode yang krusial dalam transaksi pasar modal. Karena pada periode ini terdapat hipotesis akan terjadinya window dressing oleh para investor institusi terutama pengelola dana (manager fund) dengan maksud untuk menjaga kinerja portofolio yang dikelola. Selain adanya faktor window dressing, pada periode Oktober 2020 Desember 2020 bisa dikatakan periode recovery saham-saham yang pada awal tahun banyak yang terkoreski sangat dalam akibat adanya kekhawatiran akan dampak pandemi.

Banyaknya saham yang terkoreksi signifikan ini tentunya memiliki potensi return di pasar saham di Indonesia pada masa yang akan datang. Karena semakin dalam koreksi yang terjadi maka potensi return yang nanti akan diperoleh juga cukup tinggi. Apalagi ditambah dengan membaiknya inidikator makro di masa mendatang seperti pertumbuhan ekonomi, profitabilitas emiten di Bursa Efek Indonesia yang semakin besar, serta indikator ekonomi makro lain yang kokoh dan terjaga di level yang aman.

Hal tersebut sesuai dengan teori positif feedback trader di mana para investor asing dalam menanamkan investasinya didalam suatu pasar modal melihat seberapa besar return yang dapat dihasilkan dari pasar modal tersebut karena dapat digunakan sebagai ekspektasi return yang akan di dapatkan di masa yang akan dating nanti. Hasil tersebut membuktikan bahwa aliran investasi asing dalam jumlah tertentu akan menyebabkan peningkatan harga secara permanen, yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan biaya modal (cost of capital).

Baca juga :

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *